Bertepatan dengan Hari Batik pada 2 Oktober ini, sentra kerajinan batik  di Bali ramai dikunjungi wisatawan asing asal Eropa, Amerika, Jepang, dan China.

"Tamu asing yang datang kemari memang beragam sekali, ada dari Eropa, paling sering dari Amerika, Jepang, Australia, China dan dari Indonesia juga ada," kata Arya Purwa Wungsu, pemilik toko Phalam Batik, yang beralamat di Tohpati, Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan kunjungan didominasi wisatawan mancanegara yang ingin membeli atau mengetahui tentang batik di Bali. Sedangkan wisatawan lokal,  tidak sebanyak wisatawan asing.

"Masih banyak wisatawan asing ya daripada lokal, karena di sini tiap bulannya kurang lebih ada 2000 pengunjung dari Amerika dan Jepang," katanya.

"Saat wisatawan lokal datang ke mari, ada juga yang belum mengetahui tentang batik, jadi tetap kita jelasin ke mereka tentang batik Bali, dan juga yang asalnya dari Cirebon, dan Jawa," tambahnya.

Serangkaian dengan Hari Batik Nasional, Wungsu sebagai pemilik toko kerajinan batik yang sudah berdiri dari tahun 1988 ini mengharapkan agar generasi penerus dapat terus belajar tentang sejarah batik.

Menurutnya, batik di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sebagai warga Indonesia harus berbangga terhadap beragam jenis batik yang ada.

Dengan mengetahui dan mengenal sejarah batik, biasanya bisa menimbulkan ketertarikan untuk belajar.

"Jadi saya harapkan karena selain memang batik ini sebagai komoditas untuk dijual, dan juga suatu hal yang bisa kita banggakan untuk promosi terhadap pariwisata di Indonesia, jadi lebih menarik lah untuk orang yang ingin tahu ini," jelasnya.

Baca juga: Pakai batik, Lukas Graham tampil perdana di Indonesia

Koleksi batik yang disajikan di sini beragam, dan yang menarik wisatawan di antaranya batik Madura, batik Cirebon, Pekalongan, dan khas Bali sendiri.

Ketertarikan wisatawan asing mulai bergeser dari barang mentah ke barang yang sudah jadi, seperti pakaian, taplak meja, sarung, selendang dan berbagai pernak-pernik bernuansa batik.

"Wisatawan asing sekarang ketertarikannya bergeser dari bahan mentah menjadi barang jadi, misalnya dari kain potongan 2 meter mereka akan menjahit sendiri dan sebagainya tapi sekarang lebih banyak ke barang jadi seperti pakaian, taplak meja, sarung," ucap Wungsu sembari mengarahkan tamu China.

Ia menambahkan pengenalan batik dari 1988 hingga saat ini mengalami perubahan. Berawal dari promosi berupa brosur - brosur, dan majalah. Namun, saat ini mulai beralih dengan metode online dan memanfaatkan situs promosi pariwisata untuk dapat langsung menampilkan komentar pengunjung.


Ekspor mancanegara

Sementara itu, Batik "print" memiliki nilai ekspor tinggi dibandingkan dengan batik tulis dan batik cap baik lokal hingga ke mancanegara, karena proses pembuatan batik tulis  membutuhkan waktu cukup lama.

"Untuk batik jenis print kita memang tidak jual di art shop melainkan khusus untuk project atau pemesanan ekspor atau pemesanan lokal yang membutuhkan jumlah besar, sampai ribuan," kata pemilik toko Phalam Batik, Arya P Purwa Wungsu.

Ia mengatakan untuk jumlah pemesanan berkisar 3.000 hingga 8.000 meter. Ekspor batik print ini menyasar tropical country atau negara yang banyak pantainya, seperti Pulau Fiji.

Secara keseluruhan, untuk ketiga jenis batik beserta pernak perniknya dibanderol harga dari Rp200 ribu sampai Rp16 Juta. Tinggi rendahnya harga dilihat dari besarnya media yang digunakan dan banyak warna yang ditampilkan.

Ia menegaskan bahwa batik print digunakan hanya untuk keperluan tertentu. Bertepatan dengan Hari Batik Nasional ini, ia ingin mengedukasi bahwa batik merupakan warisan leluhur yang antik dan harus  dijaga keberadaannya.

"Kalau batik print ini memiliki kesan yang berbeda, makanya digunakan saat - saat tertentu, kalau batik tulis ada yang berupa gambar pola, kemudian pola itu dikirim ke pembatik untuk diberikan malam - malam dengan lilin, kemudian dicelup berulang-ulang," jelasnya.

Untuk batik tulis asli bisa dilihat dari jumlah warnanya yang bervariasi, beragam dan tidak terbatas. Selain itu juga, pengerjaannya yang teliti sehingga membutuhkan waktu lama.

"Jadi semakin banyak warna pada batik tulis, maka semakin lama proses pengerjaannya dan harga yang dibanderol juga lebih mahal," katanya.

Waktu pengerjaan kain batik tulis per 2 meter kain tergantung banyak warnanya, sekitar satu bulan atau lebih. Untuk batik cap memiliki kemiripan dengan batik print sekitar satu minggu untuk pengerjaannya.

Munculnya motif kain batik juga terinspirasi dari lingkungan misalnya batik Megamendung yang menjadi ikon nya Cirebon. Dibandingkan dengan Bali sendiri, misalnya terinspirasi dari Barong, Tanah Lot, Pura  yang ada di Bali.

Baca juga: Presiden: rawat batik

Menurutnya, kalau batik Jawa mengedepankan pesan - pesan tersirat yang tergambar dari batik itu, seperti batik parang dan sebagainya.

Wungsu menambahkan apabila dilihat dari segi kekuatan kainnya, temperatur tempat kain disimpan itu harus dijaga. Selain itu, kondisi suhu yang tidak lembab dan tidak kering, kemudian harus dirawat agar tidak ada binatang - binatang pengerat yang dapat merusak kain.

"Di satu sisi juga semakin kunonya batik itu, semakin lama juga usianya, menjadi sisi lebih dari batik itu, yang penting tidak robek, nah nilai jualnya tetap tinggi," ucapnya.



video oleh Pande Yudha

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019