Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Wayan Adnyana mengatakan Pesta Kesenian Bali ke-42 pada 2020 akan mengangkat tema "Atma Kertih: Penyucian Jiwa Paripurna" yang secara resmi akan diluncurkan Gubernur Bali Wayan Koster pada 13 Juli mendatang saat penutupan PKB 2019.

"Sebagai bahan pertimbangan hasil rapat tim kecil oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, Bidang Adat, Agama, Tradisi, Seni dan Budaya merumuskan Atma Kertih yang merupakan salah satu unsur dari Sad Kertih untuk dijadikan sebagai tema Pesta Kesenian Bali tahun 2020," kata pria yang akrab dipanggil Kun Adnyana itu dalam Diskusi Tematik PKB ke-42 Tahun 2020, di Denpasar, Rabu.

Pemilihan tema ini diharapkan dapat mengakselerasi makna Akasacara. Atma Kertih yang dimaknai sebagai Penyucian Jiwa Paripurna diharapkan menjadi subjek eksplorasi untuk semua materi Pesta Kesenian Bali ke-42.

Kun Adnyana menambahkan, PKB 2020 juga diarahkan sebagai wahana implementasi visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" bidang Pemajuan Kebudayaan Bali.

Untuk diketahui, tema payung pelaksanaan PKB untuk lima tahun ke depan yakni "Nangun Jiwa Pramana Padma Bhuana Bali, Membangkitkan Spirit Budaya Menuju Bali Era Baru". Setiap tahun telah ditetapkan tema tersendiri yakni PKB 2020 mengangkat tema Atma Kerti (Penyucian Jiwa Paripurna), 2021 tema Jana Kerti (Menguatkan Jati Diri) , 2022 Wana Kerti (Merawat Pohon Kehidupan), 2023 Danu Kerti ( Memuliakan Hulu Amerta), 2024 Segara Kerti (Muara Kebhinekaan) dan 2025 Jagat Kerti (Harmoni Semesta Raya).

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha. selaku salah satu narasumber dalam diskusi, mengatakan kontekstualisasi tema "Atma Kertih" pada PKB ke-42 Tahun 2020 akan diwujudkan dalam bentuk karya seni, baik seni pertunjukan maupun seni rupa. Apalagi, sumber-sumber atma sangat banyak untuk digarap menjadi sebuah pertunjukan seni. Seperti, Swarga Rohana Parwa, Bima Swarga, Atma Prasangsa, Siwaratri Kalpa, dan Jaratkaru (Adiparwa).

"Kalau Atma Kertih itu sebagai penyucian jiwa paripurna, maka dalam konteks masa lampau atau konteks kearifan lokal, yaitu bagaimana cerita-cerita tentang atma, tentang penyucian jiwa secara spiritual. Sebab manusia mulai dari lahir hingga mati ada sejumlah kegiatan ritual yang dilakukan dengan tujuan penyucian jiwa," ujar Rektor ISI Denpasar ini.

Dalam konteks kekinian, dikatakan penyucian jiwa bisa dilakukan dengan memberikan suguhan seni yang bisa menyejukkan umat manusia. Terutama melalui garapan seni yang alunan melodinya menyejukkan jiwa dan rasa penikmatnya. Apalagi, tema ini sangat erat kaitannya dengan Akasacara (dunia maya).

"Kalau Atma Kertih kita ambil kearifan lokalnya, sedangkan Akasacara kita tampilkan dalam bentuk kreativitas pertunjukan seni digitalnya dengan menerapkan kecanggihan teknologi informasi, sehingga antara Atma Kertih dan Akasacara bisa saling mendukung dan bisa menjadi seni tradisi baru," ujarnya.

Narasumber lain, Ketut Sumarta, mengatakan dari sisi literasi Sastra Bali, PKB ke-42 merupakan momentum kelahiran dan kebangkitan spirit budaya baru yang menjadi hulu semua kebijakan dalam tatanan kehidupan di Bali.

Oleh karena itu, konsep Nangun Jiwa Pramana Padma Bhuwana Bali bisa menjadi tema besar PKB 5 tahun ke depan untuk membangkitkan spirit budaya menuju Bali era baru.

"Terkait tema Atma Kertih, kata Kerthi atau Kertih mengandung arti perbuatan yang mulia, sehingga, kehidupan ini merupakan sebuah anugerah untuk memuliakan jiwa yang dimulai dari kesadaran spiritual. Oleh karena itu, tema Atma Kertih ini adalah kesempatan untuk memuliakan jiwa lewat garapan-garapan seni yang dapat mengharmoniskan kehidupan," ujar Sumarta.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019