Lima seniman dan budayawan dari Buleleng menerima "Anugerah Wija Kusuma" dari Pemkab Buleleng karena dinilai berjasa dalam pengembangan seni dan budaya di bidangnya masing-masing.

"Penghargaan atau Anugerah Wija Kusuma itu diserahkan dalam acara Penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) Buleleng di areal Pelabuhan Buleleng, Selasa (21/5) malam," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gde Komang di Singaraja, Buleleng, Rabu (22/5).

Lima seniman dan budayawan itu adalah Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang atau Gusti Bagus Sudyatmaka Sugriwa, Rokhim B.A.E (Alm), Gede Mendra (Alm), Jro Made Sariani, dan Made Gelgel.

"Beberapa kriteria yang digunakan menentukan tokoh-tokoh penerima penghargaan Wija Kusuma, diantaranya lama pengabdian, pengabdian dalam seni-budaya yang terus menerus, sebagai pelopor di bidang seni dan budaya, serta sebagai pelaku langsung dalam praktek seni dan budaya," kata Gde Komang.

Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang merupakan budayawan yang juga seorang sulinggih dari Griya Budha Bang Kawiswara, Desa Bungkulan. Dia dikenal sebagai tokoh yang membangkitkan kejayaan Hindu. Karena perannya, Agama Hindu bisa diakui sebagai agama resmi oleh pemerintah RI.

Sementara itu, Rokhim B.A.E (Alm) adalah seniman arsitektur asal Kediri, Tabanan. Dia berjasa dalam membuat landmark Kota Singaraja, yaitu Tugu Singa Ambara Raja, yang saat ini masih berdiri kokoh tepat di depan Kantor Bupati Buleleng. Tugu itu diresmikan pada 5 September 1971 oleh Bupati Hartawan Mataram.

Dari bidang seni karawitan, Gede Mendra (Alm) terpilih meraih penghargaan Wija Kusuma tahun ini. Seniman asal Kelurahan Paket Agung, Buleleng ini dikenal sangat piawai dalam bermain Kendang. Dia disebut-sebut sebagai pesaing dari mestro Gde Manik dan Ketut Mredana dalam setiap pementasan Gong Mebarung pada jamannya.

Jro Made Sariani adalah seniman drama gong pada era 1980-an. Sebagai seniman drama gong yang tergabung dalam sanggar Puspa Amon, dia pernah berperan sebagai Ing Tay, dalam kisah Sampek Ing Tay, suatu kisah percintaan dari Negeri China.

Adapun Made Gelgel menerima penghargaan dalam bidang Seni Sastra Daerah. Dia dikenal sebagai penulis buku-buku kidung Bali. Selain itu, dia juga aktif sebagi juri dalam beberapa perlombaan yang berkaitan dengan sastra Bali, Mewirama, maupun lomba Nyastra Bali lainnya.

Para penerima diberikan piagam dan lencana yang terbuat dari emas dengan pahatan Ciwa Natha Raja senilai Rp7,5 juta, serta uang pembinaan sebesar Rp5 juta.

Menurut Gde Komang, penerima penghargaan Wija Kusuma tidak terbatas pada seniman yang berkecimpung dalam bidang seni tari atau tabuh semata, tetapi mencakup kesenian dan kebudayaan dalam arti yang lebih luas.

"Namanya budaya itu kan luas sekali pemikirannya. Misalnya, nenun atau tenun juga budaya, bikin songket, tarian, sastra, dan karawitan juga budaya. Banyak sekali bidang budaya itu," ungkapnya.

Gde Komang berharap kepada seniman atau budayawan yang menerima penghargaan dan masih ada saat ini agar terus memberikan masukan terkait dengan pengembangan seni dan budaya di Buleleng.

Sementara itu, Bupati Agus Suradnyana menyatakan terima kasih terhadap dedikasi yang diberikan oleh para seniman selama ini, khususnya bagi kemajuan pengembangan seni dan budaya di Buleleng.

"Nantinya ada tokoh-tokoh lain yang juga dapat diberikan penghargaan serupa selain dalam bidang seni dan budaya, misalnya di bidang lingkungan dan lainnya," katanya.
 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019