Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Sebelum dinobatkan sebagai Ida Rsi Agung Oka Dwija, pemimpin upacara keagamaan Umat Hindu, pria sederhana itu adalah seniman kreatif dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali.

I Gusti Ketut Putra (61) setelah dinobatkan dengan gelar Ida Rsi Agung Oka Dwija itu aktivitasnya yang paling menonjol adalah sebagai seniman tabuh dan tari.

Pria kelahiran Banjar Uma Diwang Kangin, Desa Batannyuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan itu sejak kecil memang memiliki  bakat dalam bidang tabuh dan tari Bali. Selain itu juga belajar dan kini memiliki keahlian dalam bidang seni ukir, pedalangan, seni sastra, undagi dan seni membuat barong  terutama yang disakralkan.

Meskipun hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD), berkat ketekunan dan keuletan untuk belajar dan melatih diri dalam bidang tabuh dan tari itu, akhirnya mampu menjadikan dirinya sebagai seniman serba bisa.

Bahkan pernah mencatat prestasi gemilang sebagai juara pertama lomba Tari Topeng Dalem yang diselenggarakan Kanwil Departemen Penerangan Provinsi Bali pada tahun 1982 serta juara II lomba tari topeng tua tingkat Kabupaten Tabanan tahun 1991 serta lomba seni ukir tahun 1994.

Suami dari Ida Rsi Agung Rai Pradnya itu dengan kegigihan yang dilandasi keikhlasan dan senang hati mengajarkan keahlian yang dimilikinya itu kepada anak-anak muda atau mereka yang berminat menekuni tabuh dan tari Bali.

Upaya membina seniman sebagai generasi penerus seni budaya itu dilakukannya sampai ke Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali pada tahun 1980 dan beberapa kabupaten lainnya di Pulau Dewata.

Tidak terbilang jumlahnya entah berapa puluh bahkan ratusan kader penerus penari dan penabuh gamelan Bali "lahir" dari sentuhan tangan terampil  I Gusti Ketut Putra.

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdian dalam bidang seni itu sosok Ida Rsi Agung Oka Dwija  meraih anugerah seni Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah provinsi Bali.

Penghargaan berupa lencana emas 20 gram, piagam dan uang tunai sebesar Rp 8 juta disematkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-53 Pemprov Bali,  pertengahan Agustus lalu.

Pemprov Bali mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya dengan memberikan seni Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni, kepada seniman yang dinilai berjasa dan berprestasi menonjol terhadap pengembangan dan pelestarian seni budaya Bali.

Penghargaan bergengsi bagi seniman Bali itu tertuang dalam Peraturan Daerah Perda) pemerintah provinsi Bali Nomor 11 Tahun 1992, namun penghargaan Dharma Kusuma itu telah diberikan sejak tahun 1974, atau 37 tahun yang silam.

Penghargaan bergengsi itu berupa piagam penghargaan dan lencana emas 20 gram diberikan kepada seniman dari seluruh cabang seni, termasuk budayawan itu melalui seleksi yang sangat ketat, guna mengetahui tingkat pengabdian dan prestasi yang menonjol dalam bidang seni.

Pemerintah Provinsi Bali menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Ketut Suastika membentuk satu tim beranggotakan dari instansi terkait untuk menyeleksi seniman dan budayawan yang diusulkan oleh delapan kabupaten dan satu kota di Bali untuk memperoleh Dharma Kusuma.

Seleksi dan penghargaan Dharma Kusuma itu penting dilakukan sebagai upaya menumbuhkan daya kreativitas masyarakat, khususnya budayawan dan seniman untuk lebih memacu prestasi dalam bidang seni, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat di Pulau Dewata.

    
Enerjik

Ida Rsi Agung Oka Dwija yang tampak masih enerjik dan sehat bugar pada usia "senjanya" itu mempunyai dedikasi dan prestasi yang tinggi dalam penggalian, pengembangan dan pelestarian seni budaya Bali.

Dengan demikian ayah dari empat putra dan putri  itu mampu memberikan kontribusi yang sangat penting dalam melestarikan  seni budaya Bali yang tetap kokoh hingga sekarang.

Seni budaya dan kegiatan ritual dalam kehidupan masyarakat Bali menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat internasional untuk berliburan ke Pulau Dewata. Mereka yang terbang dari berbagai negara di belahan dunia, menikmati keindahan panorama alam serta tradisi seni budaya, yang hingga kini tetap dipegang kokoh masyarakat setempat, meskipun di tengah impitan pengaruh budaya global.

Bahkan Hampir setiap banjar di Pulau Dewata, mewarisi perangkat instrumen gamelan dan jenis kesenian yang hidup dan berkembang dari satu generasi ke generasi lainnya.

Para seniman, baik tabuh, tari dan pedalangan, seperti sosok  Ida Rsi Agung Oka Dwija  dengan senang hati mengajarkan apa yang dimiliki kepada generasi berikutnya.

Berkat pengabdian dan dedikasi tinggi dalam mengembangkan seni budaya yang dilakoninya secara terus menerus, tanpa putus asa mengantarkan dirinya memperoleh Dharma Kusuma, yang menjadi dambaan para seniman dalam mengabdikan dirinya dalam bidang seni.(**)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011