Denpasar (Antaranews Bali) - Keunikan Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar, Bali, karena diterimanya dua keyakinan (Hindu-Budha) yang sangat kental terlihat saat perayaaan Imlek Tahun 2019.

Jero Mangku Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, IB Adnyana di Denpasar, Selasa, menuturkan keunikan yang dimaksud adalah umat hindu dan umat budha bisa berdoa bersama dalam satu tempat ibadah di area klenteng yang luasnya mencapai 900 meter persegi (sembilan are) itu.

"Umat Hindu dan umat khonghucu bisa datang berdoa di Kongco ini tanpa adanya perbedaaan, sehingga ini menjadi keunikan tersendiri yang ada di Bali," ujarnya.

Dalam hal berbusana ke tempat ibadah tersebut, juga sangat fleksibel, dimana umat Khonghucu tanpa mengenakan pakaian bersih dan rapi berwarna merah maupun putih, dimana saat masuk ke kongco diwajibkan menggunakan selendang.

Sedangkan umat Hindu yang datang untuk berdoa di konco tersebut juga diperbolehkan menggunakan pakaian adat khas Bali. "Senteng atau selendang ini diwajibkan untuk umat Budha saat masuk ke konco wajib digunakan, sebagai simbol bahwa adanya keterikatan umat kepada tuhan saat masuk tempat ibadah," katanya.

Konco yang berdiri di tanah milik pemerintah dan rampung dibangun Tahun 1999 dengan dana secara spontan dari umat itu, juga melakukan pertunjukan barongshai saat pembukaan dan penutupan Tahun Baru Imlek.

"Untuk atraksi barongsai ini sudah digelar Senin (4/2) sore dan dilanjutkan dengan doa bersama di konco setempat pada tengah malam. Untuk malam hari ini, juga akan dilakukan juga pertunjukan barongsai Pukul 20.00 WITA," ujarnya.

Adnyana mengatakan melalui atraksi barongsai dan doa bersama itu memiliki makna sendiri sebagai wujud ucapan terima kasih kepada sang pencipta, agar di tahun baru Imlek lebih baik dari tahun sebelumnya.

Untuk acara penutupan "cap go meh" nanti, juga akan dilakukan pertunjukan kesenian perpaduan Bali dan Tionghoa yang sangat sakral. "Untuk nama tarian sakralnya saya lupa namanya karena diluar panitia kongco setempat, namun yang jelas tarian ini kolaborasi budaya Bali dan Cina," ujarnya.

Meski keberadaan konco terbuka untuk dua keyakinan, namun ada pantangan yang dilarang jika masuk ke konco tersebut, seperti wanita yang sedang datang bulan dan ada keluarga berduka (cuntaka) tidak diizinkan untuk berdoa di klenteng setempat.

Ia menambahkan, perayaan tahun Imlek dengan sio babi ini bisa dimaknai dengan perlunya pemikiran tenang dalam menghadapi masalah dan hati yang bersih dari rasa iri dan dengki, sehingga umat tidak mudah terjerumus ke hal negatif.

"Dengan pemikiran tenang dan bersih, diharapkan umat bisa menjalani hidupnya lebih baik ditahun baru Imlek ini dan banyak peluang kesejahteraan yang didapat," katanya.

Pewarta: I Made Surya Wirantara Putra

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019