New York (Antaranews Bali) -  Kurs dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan kekhawatiran meluasnya pelambatan ekonomi global ditambah dengan penutupan berkepanjangan pemerintahan AS yang mempersuram prospek mata uang.

Daya tarik greenback sebagai mata uang safe-haven berkurang di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (21/1) merevisi prospek pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 3,5 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,7 persen.

"Setelah dua tahun ekspansi yang solid, ekonomi dunia tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan, dan risiko-risiko sedang meningkat," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, seperti dikutip dari Xinhua.

Sementara itu, penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat telah memasuki hari ke-33 pada Rabu (23/1), dengan hanya ada sedikit tanda-tanda kemajuan demi mengakhiri kebuntuan antara Presiden AS Donald Trump dan Kongres AS.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,19 persen menjadi 96,12 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1382 dolar AS dari 1,1362 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3063 dolar AS dari 1,2956 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7141 dolar dari 0,7118 dolar.

Dolar AS dibeli 109,57 yen Jepang, lebih tinggi dari 109,29 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9947 franc Swiss dari 0,9970 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3343 dolar Kanada dari 1,3349 dolar Kanada.

Baca juga: Harga Emas meningkat tipis, dolar melemah

Baca juga: Harga minyak lanjukan penurunan, investor khawatir permintaan global melemah
 

(AL)

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019