Jayapura (Antaranews Bali) - Bupati Nduga Yairus Gwijangge mengklarifikasi foto anaknya yang sedang memegang bendera bintang kejora dalam akun instagramnya bernama "Rockdogss".
"Itu foto editan. Sebetulnya anak saya duduk di sebuah kursi merah, tapi entah mengapa dibuat seperti itu," katanya didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi di Bukit Polimak, Kota Jayapura, Papua, Selasa.
Berdasarkan keterangan anaknya, foto tersebut merupakan hasil editan oknum yang tidak bertanggung jawab karena iri terhadap anaknya, yang ayahnya seorang kepala daerah.
"Kepada anak saya, saya tegaskan bahwa bapak adalah seorang bupati, wakil pemerintah Indonesia. Jangan sembunyikan isi hati, ceritakan kepada saya, sehingga bisa disampaikan kepada publik, saya akan klarifikasi, soal bendera," tuturnya.
"Foto itu sebenarnya bukan foto asli. Ada orang lain yang edit foto itu. Bahkan dalam akun itu ada yang berkomentar. Dan anak saya memang kecewa, sampaikan bahwa bapaknya bupati, jangan dibuat seperti itu, karena bisa memalukan," ucapnya, mencoba jelaskan pernyataan anaknya.
Berkaitan dengan itu, Yairus meminta maaf akibat postingan tersebut yang membuat sejumlah pihak kurang berkenan.
"Memang ada anak-anak lainnya yang kembangkan persoalan ini, ada anak Papua. Apalagi melihat situasi di Nduga. Ada orang yang tidak senang dan memanfaatkan peluang ini," ujarnya.
Yairus juga mengemukakan bahwa ketidakhadirannya saat terjadi persoalan di Nduga, karena sedang urusan keluarga.
"Saya ada urusan keluarga dan saya minta maaf soal kasus yang terjadi. TNI dan Polri silakan kejar para pelaku kekerasan, bekerja secara profesioanl dan saya minta agar warga saya tidak takut," katanya.
Pada 1 dan 2 Desember 2018, sebanyak 28 pekerja jalan trans-Papua dari PT Istaka Karya menjadi korban kekerasan dari kebiadan KKB pimpinan Egianus Kogoya bersama puluhan anak buahnya.
Dari aksi itu, 17 pekerja ditemukan tewas, empat di antaranya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan TNI dan Polri, sisanya sudah kembali bersama keluarga.
Selain itu, lima personel TNI dan Polri tak luput dari aksi tersebut. Satu di antaranya tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko, empat lainnya luka berat dan ringan.
Di pihak warga Nduga juga beredar kabar tiga hingga empat orang lainnya dikabarkan tewas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Itu foto editan. Sebetulnya anak saya duduk di sebuah kursi merah, tapi entah mengapa dibuat seperti itu," katanya didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi di Bukit Polimak, Kota Jayapura, Papua, Selasa.
Berdasarkan keterangan anaknya, foto tersebut merupakan hasil editan oknum yang tidak bertanggung jawab karena iri terhadap anaknya, yang ayahnya seorang kepala daerah.
"Kepada anak saya, saya tegaskan bahwa bapak adalah seorang bupati, wakil pemerintah Indonesia. Jangan sembunyikan isi hati, ceritakan kepada saya, sehingga bisa disampaikan kepada publik, saya akan klarifikasi, soal bendera," tuturnya.
"Foto itu sebenarnya bukan foto asli. Ada orang lain yang edit foto itu. Bahkan dalam akun itu ada yang berkomentar. Dan anak saya memang kecewa, sampaikan bahwa bapaknya bupati, jangan dibuat seperti itu, karena bisa memalukan," ucapnya, mencoba jelaskan pernyataan anaknya.
Berkaitan dengan itu, Yairus meminta maaf akibat postingan tersebut yang membuat sejumlah pihak kurang berkenan.
"Memang ada anak-anak lainnya yang kembangkan persoalan ini, ada anak Papua. Apalagi melihat situasi di Nduga. Ada orang yang tidak senang dan memanfaatkan peluang ini," ujarnya.
Yairus juga mengemukakan bahwa ketidakhadirannya saat terjadi persoalan di Nduga, karena sedang urusan keluarga.
"Saya ada urusan keluarga dan saya minta maaf soal kasus yang terjadi. TNI dan Polri silakan kejar para pelaku kekerasan, bekerja secara profesioanl dan saya minta agar warga saya tidak takut," katanya.
Pada 1 dan 2 Desember 2018, sebanyak 28 pekerja jalan trans-Papua dari PT Istaka Karya menjadi korban kekerasan dari kebiadan KKB pimpinan Egianus Kogoya bersama puluhan anak buahnya.
Dari aksi itu, 17 pekerja ditemukan tewas, empat di antaranya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan TNI dan Polri, sisanya sudah kembali bersama keluarga.
Selain itu, lima personel TNI dan Polri tak luput dari aksi tersebut. Satu di antaranya tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko, empat lainnya luka berat dan ringan.
Di pihak warga Nduga juga beredar kabar tiga hingga empat orang lainnya dikabarkan tewas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019