Denpasar (Antaranews Bali) - PKK Kota Denpasar menghadirkan mobil konseling "Denpasar Ceria (Cerita Kita)" bagi masyarakat perkotaan dalam ajang "Denpasar Festival 2018" di kawasan Patung Catur Muka, Denpasar, 28-31 Desember 2018.

Kehadiran mobil konseling "Denpasar Ceria" hadir memberikan pelayanan konsultasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, mulai dari anak-anak, dewasa dan lansia.

"Kami memberikan pelayanan terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat Kota Denpasar mulai dari anak-anak, dewasa sampai lansia," kata Ketua Tim Penggerak PKK Denpasar Ny. Selly Dharmawijaya Mantra.
 
Mobil konseling Denpasar Ceria tersebut, menurut Ny. Selly Mantra merupakan program inovasi jemput bola dengan tujuan memberikan solusi terhadap permasalahan psikologis warga Denpasar. Hadirnya mobil konseling ini merupakan salah satu langkah mewujudkan masyarakat Denpasar yang bahagia.

Ny. Selly Mantra mengatakan bahwa perkembangan informasi dan teknologi (IT) yang begitu pesat menyebabkan kebanyakan masyarakat curhat melalui media sosial. Hal ini sering membahayakan apabila adanya saran yang kurang baik saat curhat di medsos.

Untuk itulah pihaknya menghadirkan mobil konseling Denpasar Ceria untuk memberikan solusi berbagai permasahalan yang di hadapi masyarakat.

"Terkadang masukan di sosial media cenderung memperkeruh suasana, hal inilah yang ingin diminimalisir dmpaknya sehingga masyarakat mendapat solusi yang tepat," ujarnya.
 
Ny. Selly Mantra juga menambahkan Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali dan tingkat mobilisasi penduduk sangat tinggi berpotensi membuat situasi stres, sehingga apabila butuh teman bercerita mengenai masalah psikologi, cemas dan sebagainya dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.

"Masyarakat dapat mengunjungi mobil konseling karena setiap saat akan keliling," kata Ny. Selly Mantra.

Dengan kehadiran mobil konseling Denpasar Ceria diharapkan dapat membantu berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Seorang pengunjung Wayan Mudita mengaku sangat setuju dengan hadirnya mobil konseling ini. Ia berharap kehadiran kendaraan itu dapat membantu curhatan masyarakat disaat menghadapi permasalahan.

"Sekarang ini kebanyakan masyarakat lebih senang curhat melalui mensos. Dengan hadirnya mobil konseling kami harapkan dapat membantu hal tersebut," katanya.

Lokakarya Desain Kemasan
Selain pementasan musik, permainan anak-anak, kuliner dan kerajinan, ajang Denpasar Festival 2018 juga menjadi ajang menggali potensi dan edukasi dengan menggelar lokakarya/workshop "Desain Kemasan".

Plt. Kepala Dinas Disperindag Kota Denpasar IB Anom Suniem disela-sela workshop mengatakan kegiatan ini dalam upaya menghadapi era milenial. Acara ini dengan mendatangkan narasumber dari desain center.

Dalam ajang "Denfes 2018" ini sengaja dilaksanakan workshop desain kemasan ini agar para wirausaha pemula mengetahui cara membuat kemasan yang bagus, menarik dan menggunakan bahan ramah lingkungan. Selain itu dalam workshop diberikan pemahaman atau kiat-kiat dalam berwirausaha di zaman milenial ini. "Sehingga wirausaha pemula bisa meningkatkan kreatifitasnya," ujarnya.

Sementara itu, seorang narasumber I Gusti Ngurah Gede Suyasa mengatakan dalam lokakarya ini peserta diberikan pemahaman tentang cara membuat desain kemasan mulai dari warna dan bentuk.  Sebagai pelaku usaha juga diberikan pemahaman cara memilah pasar-pasar menjadi sasaran.

Menurut dia, setelah desain bagus juga harus diperhatikan bahan kemasan tersebut, mengingat bahan kemasan terbuat dari berbagai bahan di antaranya kertas, plastik, kaleng dan lainnya. Tidak hanya itu pelaku usaha harus memperhatikan sertifikat "packaging". Sehingga tidak membahayakan konsumen.

Sesuai dengan Peraturan Gubenur Nomor 97 tahun 2018 dan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 36 Tahun 2018 mengenai Plastik maka salah satu kemasan menggunakan plastik harus dieliminasi.

"Maka dari itu kami lakukan workshop ini sehingga pelaku wirausaha pemula bisa membuat disain kemasan tanpa menggunakan plastik. Selain disain pelaku usaha juga harus pintar dalam memilah produk. Untuk itu, pembeli akan melihat pasar dan di zaman milenial sosial class itu sangat banyak sekali," katanya.

Tidak hanya itu untuk ingin mensukseskan produk itu perlu adanya "influential" atau yang mempengaruhi dari tokoh. "Dengan influential konsumen akan berpikir idolanya yang cantik menggunakan produk itu kenapa saya tidak menggunakannya," ujarnya.

Selain kemasan yang unik dan menarik, kata Ngurah Suyasa juga meminta agar wirausaha pemula dalam pembayaran juga harus menggunakan uang non-tunai. Hal itu wajib disediakan karena kebanyakan orang tidak suka membawa uang banyak bepergian dan untuk mempermudah pembeli.

Seorang peserta workshop, Renina dari SMAN 3 Denpasar mengaku senang mengikuti workshop ini. Karena ia bisa mengetahui cara membuat kemasan yang bagus, menarik tentunya berbahan alami.

Selain itu ia juga bisa mengetahui tips menjadi wirausaha muda. "Dengan mengikuti ini saya juga telah memiliki ide untuk berwirausaha sambil sekolah," ujarnya.(*)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018