Denpasar (Antaranews Bali) -  Kegiatan "Denpasar Festival (Denfest) 2018" secara resmi dibuka oleh Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawaijaya Mantra bersama Wakilnya IGN Jaya Negara serta Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Jumat sore.

Suasana riang gembira dibalut sorak-sorai ratusan anak-anak turut memeriahkan perhelatan rutin di pengujung tahun yang digelar Pemkot Denpasar. Dikemas dengan menggaungkan "Urban Playgroud", festival tahun ini di kawasan Catur Muka yang digelar selama empat hari pada 28-31 Desember 2018.

Perhelatan Denfest 2018 menyajikan sekitar 332 stand atau anjungan yang terbagi dalam anjungan pertanian, industri, fashion, wirausaha muda, mai jinggo, mai kopi, kuliner, dan stand pertanian.

Selain itu juga dibangun empat panggung yang terbagi atas panggung anak-anak, panggung utama, panggung kebudayaan, serta panggung hiburan zona heritage dengan beragam sajian tersendiri yang melibatkan 18 Sekaa Kesenian, 26 band, serta kemasan Denpasar Fashion Festival yang melibatkan guru SMP se-Kota Denpasar.

Dan yang terbaru dari Denfest tahun 2018 adalah diterapkan transaksi non-tunai dengan menggandeng Go Pay, Ovo Money dan T-Money dikoordinir Bank BPD Bali. Serta diet sampah plastik bagi seluruh pengunjung dan pedagang turut menjadi konsen festival tahun ini.

Wali Kota Denpasar Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Wakilnya Jaya Negara menjelaskan bahwa gelaran Denfest tahun 2018 dikemas berbeda dengan mengedepankan aktivitas anak-anak. "Urban Playground" ini menggambarkan karakteristik masyarakat Kota Denpasar yang teguh dalam melindungi dan memanfaatkan potensi dan pusaka sujana, religi, tradisi serta moderinasasi yang saling bersinergi.

Lebih lanjut Rai Mantra mengatakan bahwa di Kota Denpasar sendiri terdapat sedikitnya 62 jenis permainan tradisional. Hal inilah yang ingin disajikan dalam Denfest sehingga mampu memberikan warna berbeda serta wahana edukasi dini bagi masyarakat tentang pentingnya permain tradisional sebagai kearifan lokal Bali.

"Kemasan yang berbeda ini kami sajikan guna memberikan nuansa edukasi serta pemahaman tentang permainan tradisional yang muaranya adalah memberikan kebahagiaan bagi masyarakat," ucapnya.

Rai Mantra menambahkan bahwa revolusi industri 4.0 tentu membawa perubahan tersendiri serta kemajuan teknologi. Namun demikian hal ini menjadi tantangan bersama bahwa konteks sosial dan konteks rasa beranjak berkurang dan tentu menjadikan anak-anak bersifat individualis.

"Urban Playground ini tentu kami ingin mengembalikan konteks ras dan konteks sosial anak-anak tak terlepas dari Denpasar sebagai Kota layak anak yang kini telah disandang Kota Denpasar," kata Rai Mantra.

Terkait pengurangan sampah plastik, Rai Mantra menekankan bahwa sampah plastik tidak hanya menjadi tantangan pemerintah saja, melainkan seluruh masyarakat juga harus turut andil dalam penanganannya.

"Kalau sampah plastik yang sulit terurai itu masih marak, maka seluruhnya akan menuju ke laut, kalau pantai sudah kotor maka pariwisata akan terancam dan sektor ekenomi Bali pun turut goyah," ucapnya.

Sementara, Koordinator Hung Siwer selaku penggarap pembukaan, Arya Swastika mengatakan bahwa inagurasi bertajuk "Denpasar Manglila Cita" ini melibatkan sedikitnya 300-an seniman yang didominasi oleh anak-anak.

"Denpasar manglila Cita" sendiri mengandung makna Denpasar riang gembira dalam sajiannya juga turut ditampilkan beragam permainan anak-anak yang menggembirakan. Seperti halnya layang-layang, ogoh-ogoh, deduplak, tajog, mecag-cag, megoak-goakan, barong kedingkling, serta masih banyak permainan lainya.

Seoarang siswa yang turut andil dalam pementasan Inagurasi, Yoa Aprilia asal SDN 4 Penatih mengaku bangga ikut serta dalam pembukaan Denfest tahun ini. Dimana, sajianya pun tidak biasa, yakni dapat memainkan permainan tradisional Bali di tempat umum.

"Ya saya bangga dapat bermain dan bercanda ria bersama teman-teman dan memperkenalkan permainan tradisional Bali," katanya.(*)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018