Jakarta (Antaranews Bali) - Indonesia dalam upaya meningkatkan ekspor nonmigas akan berpartisipasi pada "The 1st China International Import Expo" (CIIE) di Shanghai, pada 5-10 November 2018, yang merupakan pameran importir terbesar di dunia.

"Dengan populasi terbesar di dunia dan kekuatan  ekonomi  terbesar  kedua  di  dunia,  China  telah memasuki tahap perkembangan baru dengan jumlah konsumen  yang terus meningkat. Pasar China ini tentu menjadi potensi besar yang harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan konsumsi dan produk impor dari Indonesia," Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu

Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan China mengimpor produk dan jasa bernilai lebih dari 10  triliun dolar AS dari dunia. Untuk  itu,  delegasi  Indonesia  yang akan dipimpin  Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berkomitmen memaksimalkan partisipasi Indonesia pada momentum CIIE ini.

Indonesia akan berpartisipasi dengan menghadirkan dua Paviliun Indonesia, masing-masing di arena paviliun  negara seluas 256 meter persegi dan di arena pameran pelaku usaha dan bisnis seluas 290 meter persegi. Kehadiran  Paviliun Indonesia berdampingan dengan Paviliun China sebagai Guest Country of Honor yang diinisiasi oleh Pemerintah China.

Menjadi Guest Country of Honor merupakan kesempatan berharga untuk Indonesia karena berarti Indonesia  dinilai  telah  siap sebagai mitra global  China  untuk  memenuhi  permintaan  impor  China. Berdasarkan  hal  itu,  Indonesia  pun memilih  tema Global Partner for Sustainable Resources untuk Paviliun Indonesia.

Sedangkan,  pada  arena Enterprise  and  Business  Exhibition  yang  terdiri  dari  enam  zona, Paviliun Indonesia menempati zona produk makanan dan pertanian. Paviliun Indonesia  tersebut  akan  diisi oleh  32  perusahaan dan tiga  asosiasi dengan  produk-produk yang ditampilkan antara lain yaitu produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang  burung walet, serta minyak sawit dan turunannya.

Adapun konsep desain Paviliun Indonesia akan bersinergi dan merupakan satu rangkaian dengan kegiatan World Expo 2020 Dubai.

"China masih merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia selain Amerika Serikat (AS), Jepang, India, dan Singapura.  Dengan semakin  liberalnya  pasar  China  dan  perang  dagang  dengan Amerika Serikat, Indonesia harus merebut pangsa pasar dengan menggencarkan diversifikasi produk ekspor Indonesia, di samping juga tetap memperkuat pangsa produk ekspor utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit mentah dan turunannya," kata Mendag Enggar.

Untuk itu, Enggar mengharapkan partisipasi 32 perusahaan Indonesia di CIIE dapat menggaet lebih banyak potensi bisnis, baik dengan China maupun dengan negara-negara lain peserta pameran.

Pada  sela-sela  pameran, Delegasi  Indonesia  juga  akan  melangsungkan  kegiatan Forum Bisnis yang juga bertemakan “Global Partner for Sustainable Resources” dan pertemuan bisnis.

Peserta Forum Bisnis  berasal  dari  kalangan  pejabat  dan  tokoh  masyarakat China, pelaku usaha, asosiasi dari Indonesia, 32  peserta  pameran  dari  Indonesia, serta beberapa perusahaan dan  instansi  dari Indonesia.  

Sementara  itu, pertemuan bisnis akan menghadirkan  perusahaan Indonesia peserta CIIE dan perusahaan lain dengan sektor utama produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang  burung, minyak sawit dan turunannya, biodiesel, mebel, kertas, biji plastik daur ulang, dan jasa tur dan perjalanan.

Pameran CIIE diinisiasi Presiden China Xi Jinping saat berlangsung the Belt and Road Forum for International  Cooperation  pada Mei 2017. CIIE merupakan  langkah  signifikan  bagi  pemerintah China dalam memberikan dukungan kuat kepada liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi, serta secara aktif membuka pasar China dari dunia.

CIIE yang diikuti lebih dari 130 negara peserta pameran diprediksi akan mendatangkan lebih dari 150 ribu pengunjung.


 

 

Pewarta: Ahmad Wijaya

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018