Denpasar (Antaranews Bali) - Dulu, Simpang Tugu Ngurah Rai bisa dikatakan "juaranya" macet di kawasan Kuta, Bali, yang terjadi hampir sepanjang hari. Kini, dengan beroperasinya "underpass", predikat tersebut sepertinya tidak lagi disandang karena jalur mampet, mulai terurai.

Pengendara dari arah utara atau dari Denpasar menuju Nusa Dua, Jimbaran dan sekitarnya kini bisa bebas melaju melalui jalan terowongan, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan pengendara dari arah Tol Bali Mandara menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, melintasi jalur melingkar di atas jalan bawah tanah itu.

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meresmikan "underpass" Simpang Tugu Ngurah Rai, Sabtu (22/9) yang merupakan akses utama dan satu-satunya menuju bandara, Kuta, Nusa Dua dan sekitarnya.

Luhut mengapresiasi seluruh tim yang mengerjakan jalan berdesain arsitektur khas Bali dengan panjang sekitar 700 meter tersebut karena selesai lebih cepat 1,5 bulan dari target semula 13 bulan.

Sebelumnya, pembangunan jalan yang dikerjakan bersama oleh kontraktor Adhi Karya-Nindya Karya dan Wira KSO itu ditargetkan selesai pada 20 Oktober 2018.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sugiyartanto mengatakan pembangunan jalan nilai kontrak Rp168,3 miliar itu diperkirakan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen. Lumayan, bukan?.

Dibangunnya jalan bawah tanah itu lahir dari pemikiran pemerintah untuk menghadirkan solusi mengatasi kemacetan di kawasan yang mempertemukan empat titik tersebut.

Apalagi sebagai daerah pariwisata andalan Indonesia, Bali kerap dijadikan sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan berskala besar.

Otomatis, Bali memerlukan infrastruktur pendukung untuk memperlancar aktivitas pariwisata itu.

Sebut saja Bali pernah menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim (UNFCC) yang digelar PBB tahun 2007, kemudian tuan rumah KTT Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2013 hingga ajang ratu kecantikan dunia "Miss World" 2013 dan masih banyak lagi.
    
Bali juga sedang menghitung hari karena menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, 8-14 Oktober 2018.

Tidak tanggung-tanggung, Menko Luhut menyebutkan konferensi yang membahas keuangan dan isu ekonomi terkini tersebut akan dihadiri lebih dari 19 ribu peserta dari 189 negara.

Jumlah itu membengkak dari informasi sebelumnya yang menyebutkan akan dihadiri 15 ribu peserta.

Mereka merupakan orang-orang top dan berpengaruh di bidang ekonomi, sebut saja menteri keuangan, gubernur bank sentral hingga para pemilik modal atau investor.
     

Dampak berlipat
Pembangunan "underpass" itu merupakan satu dari sejumlah proyek prestisius yang dibangun untuk menyambut pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali.

Pastinya, proyek itu bukan semata untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang. 

PT Angkasa Pura I juga tengah merampungkan sejumlah proyek di antaranya pengembangan apron di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Pembangunan apron atau tempat parkir pesawat, dibangun di sebelah timur dan barat bandara yang ditargetkan menambah alokasi 10 pesawat berbadan sedang termasuk berbadan lebar.

Khusus apron barat, korporasi BUMN itu mengurug lahan perairan seluas 8 hektare untuk mengakomodasi kebutuhan pertemuan IMF dan Bank Dunia.

General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengatakan secara bersamaan pihaknya juga mengembangkan apron barat seluas 35,75 hektare untuk jangka panjang, mengingat pertumbuhan penumpang dan pesawat dari tahun ke tahun terus meningkat.

Pembangunan apron barat dan timur itu menyebabkan sejumlah fasilitas harus digeser dan dibangun kembali, di antaranya pemindahan dan pembangunan kembali gedung VVIP, Base Ops Pangkalan Udara Ngurah Rai hingga pengelolaan limbah.

Pengelola bandara itu juga memperluas gerai pelaporan atau "check-in" di terminal internasional dari 96 unit seluas 2.740 meter persegi menjadi 126 unit dengan luas 4.420 meter persegi, kemudian "rapid exit taxiway" menjadi tiga dari dua lintasan dan penambahan tempat parkir pesawat menjadi 63 dari saat ini sebanyak 53.

Selain itu kapasitas landasan pacu ditingkatkan menjadi 33 penerbangan per jam yang semula 30 penerbangan. 

Total anggaran yang dikeluarkan perusahaan pelat merah itu mencapai sekitar Rp2,2 triliun dengan proyek ditargetkan rampung sebelum Oktober 2018.

Pengembangan itu tentunya bukan tanpa sebab. Angkasa Pura I memproyeksikan pertumbuhan penumpang di bandara itu setiap tahun rata-rata mencapai kisaran 5-10 persen. 

Tahun 2017, jumlah penumpang baik domestik dan internasional mendekati 21 juta orang.

Jumlah tersebut sejatinya masih bisa lebih tinggi lagi mengingat menjelang akhir tahun 2017, erupsi Gunung Agung sempat "menahan" laju pertumbuhan. 

Menko Luhut bahkan menyebut, jumlah penumpang diperkirakan akan mencapai kisaran 37-39 juta orang dengan penambahan apron seluas 35,75 hektare itu untuk mengakomodasi permintaan yang cukup tinggi dari wisatawan berkunjung ke Bali. 

Tidak hanya pengembangan bandara, PT Pelindo III Cabang Benoa juga sedang menyelesaikan pembangunan "Benoa Tourism Port" termasuk terminal khusus pesiar dan kapal pesiar kecil atau "yacht" yang ditargetkan rampung akhir September 2018.

Baca juga: Menghitung pertemuan ekonomi terbesar di Bali
Baca juga: Garuda Wisnu Kencana dan IMF (video)

Terminal pesiar itu akan memudahkan kapal pesiar membawa lebih banyak turis merapat dengan membawa lebih dari 3.000 orang wisatawan mancanegara.

Satu lagi pembangunan maha karya yang sudah rampung tahun ini yakni patung Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Patung fenomenal karya Nyoman Nuarta itu akan menjadi tempat jamuan makan malam bagi para delegasi utama pertemuan IMF dan Bank Dunia.

Patung tertinggi ketiga di dunia setinggi 121 meter itu akhirnya rampung setelah berproses selama hampir 28 tahun dengan menelan anggaran Rp450 miliar.

GWK digadang-gadang menjadi ikon baru pariwisata Bali dan Indonesia masa depan.

Maha karya itu juga sebagai "peremajaan" pariwisata Bali yang tidak hanya mengandalkan daya tarik alam dan budaya tetapi juga karya modern buatan manusia. 

Keuntungan Bali
Lantas, berapa keuntungan yang didapatkan Bali?

Berkat pertemuan IMF dan Bank Dunia, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan pendapatan Bali akan bertambah sekitar Rp1,4 triliun dan menciptakan sekitar 32.700 lapangan kerja. 

Menurut Luhut, kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan pertemuan itu juga akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Bali dari sebesar 5,9 persen menjadi sekitar 6,54 persen tahun ini.

Para pelaku usaha kecil menengah juga akan semakin berkembang sehingga turut mendongkrak ekonomi masyarakat di Pulau Dewata.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana mengungkapkan perputaran uang menjelang dan selama pertemuan itu mencapai nilai yang signifikan.

Dengan kalkulasi jika dihadiri 15 ribu peserta, maka pendapatan yang diterima pelaku usaha di Bali diperkirakan mencapai sekitar Rp886 miliar.

Jumlah itu diukur dari kebutuhan delegasi seperti akomodasi sebesar Rp666 miliar, pesawat Rp36 miliar, sewa kendaraan Rp38 miliar dan paket makan, hiburan dan buah tangan diperkirakan mencapai Rp146 miliar.

Angka tersebut bisa saja bertambah jika para delegasi mengajak keluarga termasuk memperpanjang masa tinggalnya di Bali.

Total nilai manfaat yang ditarik dari pelaksanaan pertemuan itu ditaksir mencapai Rp6 triliun meliputi kebutuhan delegasi, pembangunan infrastruktur, hingga penyelenggara nasional.

Dana besar yang dikeluarkan untuk membangun infrastruktur menyambut pertemuan IMF dan Bank Dunia bukanlah biaya yang hilang, bak sulap sirna dalam sekejap.

Namun anggaran besar tersebut tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi lebih dari itu, yakni untuk investasi jangka panjang dalam mendukung sektor pariwisata di Bali.

Masyarakat khususnya di Bali mungkin tidak terlalu memusingkan topik atau isu yang dibahas dalam pertemuan itu. 

Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat turut menyukseskannya, sembari menikmati faedah dari pertemuan IMF dan Bank Dunia itu, tanpa lupa menjaga dan merawat investasi jangka panjang tersebut. (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018