Jakarta (ANTARA News) - Humas Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Irma Riana Simanjuntak membantah pihaknya membayar Rp50 juta per gereja kepada Banser dan Ansor untuk pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru yang informasinya beredar melalui media sosial.
"Dalam rangka pengamanan Natal dan perayaan-perayaan gereja lainnya, PGI tidak pernah menyediakan dan mengeluarkan dana untuk biaya pengamanan," kata Irma dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Irma mengemukakan hal itu menanggapi beredarnya video di media sosial tentang pernyataan seseorang yang mengaku sebagai anak dari salah satu Ketua PGI dengan nama dalam video adalah Steven Indra Wibowo yang diberi embel-embel sebagai ustaz.
Orang itu menyebutkan bahwa Ketua PGI menginformasikan, gereja membayar sebesar Rp50 juta kepada kelompok muslim tertentu untuk pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru per satu gereja. Disebutkan juga bahwa PGI menyediakan miliaran rupiah untuk maksud sama.
"Berdasarkan pemeriksaan kami, orang yang mengaku sebagai anak dari Ketua PGI tersebut tidak dikenal dalam lingkungan PGI," kata Irma.
Selain itu, dalam rangka pengamanan Natal dan perayaan-perayaan gerejani lainnya, PGI tidak pernah menyediakan dan mengeluarkan dana untuk biaya pengamanan.
Bagi PGI, kata Irma, pengamanan perayaan hari-hari besar adalah tugas dan tanggung jawab kepolisian dan aparat negara lainnya.
Namun demikian, PGI sangat menghargai inisiatif dan prakarsa yang timbul di masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengamanan perayaan hari-hari besar sebagai wujud kehidupan bersama dalam masyarakat yang majemuk sebagaimana selama ini ditunjukkan oleh Banser NU, GP Ansor, dan lainnya.
"Prakarsa dan kerja sama bagus seperti ini hendaknya tidak dirusak oleh isu yang tidak bertanggung jawab yang dapat menegasikan semangat gotong royong dan kesukarelawanan yang sudah lama tumbuh di masyarakat," katanya.
PGI meminta gereja-gereja dan masyarakat untuk tidak terpancing atas beredarnya video tersebut dan tetap menjaga kerukunan antarumat beragama, seraya terus membangun kerja sama lintas suku, ras, dan agama.
Informasi dari sumber lain menyebutkan bahwa video yang viral di media sosial itu bukan video baru, namun video tahun 2016 yang dijadikan bahan ceramah pada November 2017 dan baru di-viral-kan pada 30 Agustus 2018, sehingga terkesan sengaja direkayasa untuk mendiskreditkan banser yang dalam beberapa tahun terakhir cukup bersemangat membela Pancasila. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Dalam rangka pengamanan Natal dan perayaan-perayaan gereja lainnya, PGI tidak pernah menyediakan dan mengeluarkan dana untuk biaya pengamanan," kata Irma dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Irma mengemukakan hal itu menanggapi beredarnya video di media sosial tentang pernyataan seseorang yang mengaku sebagai anak dari salah satu Ketua PGI dengan nama dalam video adalah Steven Indra Wibowo yang diberi embel-embel sebagai ustaz.
Orang itu menyebutkan bahwa Ketua PGI menginformasikan, gereja membayar sebesar Rp50 juta kepada kelompok muslim tertentu untuk pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru per satu gereja. Disebutkan juga bahwa PGI menyediakan miliaran rupiah untuk maksud sama.
"Berdasarkan pemeriksaan kami, orang yang mengaku sebagai anak dari Ketua PGI tersebut tidak dikenal dalam lingkungan PGI," kata Irma.
Selain itu, dalam rangka pengamanan Natal dan perayaan-perayaan gerejani lainnya, PGI tidak pernah menyediakan dan mengeluarkan dana untuk biaya pengamanan.
Bagi PGI, kata Irma, pengamanan perayaan hari-hari besar adalah tugas dan tanggung jawab kepolisian dan aparat negara lainnya.
Namun demikian, PGI sangat menghargai inisiatif dan prakarsa yang timbul di masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengamanan perayaan hari-hari besar sebagai wujud kehidupan bersama dalam masyarakat yang majemuk sebagaimana selama ini ditunjukkan oleh Banser NU, GP Ansor, dan lainnya.
"Prakarsa dan kerja sama bagus seperti ini hendaknya tidak dirusak oleh isu yang tidak bertanggung jawab yang dapat menegasikan semangat gotong royong dan kesukarelawanan yang sudah lama tumbuh di masyarakat," katanya.
PGI meminta gereja-gereja dan masyarakat untuk tidak terpancing atas beredarnya video tersebut dan tetap menjaga kerukunan antarumat beragama, seraya terus membangun kerja sama lintas suku, ras, dan agama.
Informasi dari sumber lain menyebutkan bahwa video yang viral di media sosial itu bukan video baru, namun video tahun 2016 yang dijadikan bahan ceramah pada November 2017 dan baru di-viral-kan pada 30 Agustus 2018, sehingga terkesan sengaja direkayasa untuk mendiskreditkan banser yang dalam beberapa tahun terakhir cukup bersemangat membela Pancasila. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018