Denpasar (Antaranews Bali) - Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (Hipgabi) Provinsi Bali memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat terkait dengan penanganan kasus henti jantung mendadak.

"Kejadian kasus henti jantung mendadak (silent cardiac arrest) dapat dialami semua orang. Karena itu kami memberikan sosialisasi kepada masyarakat dalam upaya melakukan pencegahan dan penanganannya," kata Ketua Hipgabi Bali I Putu Budiarsana M.Nurs, EN di sela sosialisasi terkait dengan kasus tersebut di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan korban henti jantung mendadak dapat diselamatkan dengan pengetahuan dasar dan pelatihan bantuan hidup dasar atau Resusitasi Jantung Paru (TJP).

Budiarsana menjelaskan kematian akibat henti jantung mendadak paling sering terjadi di luar rumah sakit. Kasus tersebut sering ditemukan masyarakat . Sosialisasi kali ini sebagai langkah pengabdian masyarakat dengan memberikan pelatihan RJP dini dengan fokus kepada kompresi dada, pemberian kejut jantung dini dengan menggunakan AED.

Pelatihan itu untuk membekali masyarakat umum agar dapat menolong korban yang mengalami henti jantung mendadak."Masyarakat menjadi barisan terdepan dalam pertolongan henti jantung mendadak di luar rumah sakit," ucap Budiarsana.

Ia berharap, masyarakat dapat melakukan pertolongan yang tepat dan cepat untuk korban henti jantung mendadak. Mereka, katanya, memerlukan keahlian khusus yang diperoleh melalui pelatihan yang sesuai. Bentuk pelatihan untuk masyarakat awam adalah Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang terdiri atas deteksi dini dan aktivasi bantuan pelayanan kegawatan medis (Emergency Medical Service).

Peserta dalam kegiatan itu masyarakat umum yang berasal dari BPBD Kota Denpasar, Damkesmas Kota Denpasar, SMKN 1 Ubung, Supermarket Pepito, dan KBS Badung dengan jumlah 120 orang dan fasilitator dari perawat 240 orang.

Pengabdian masyarakat dilaksanakan sehari yang dibagi menjadi beberapa sesi. Kegiatan itu dipandu dr. AlI Haedar Sp. EM FAHA yang merupakan instruktur dari American Heart Association (AHA). Kegiatan diawali dengan pemberian materi oleh instruktur, dilanjutkan dengan praktik langsung pijat jantung dan pemberian kejut listrik.

Kegiatan tersebut langsung dipraktikkan peserta dan fasilitator pada manikin/boneka RJP. Ajang tersebut dilaksanakan dengan harapan meningkatkan kesadaran masyarakat umum mengenai peran penting orang-orang yang berada di lokasi terdekat dengan korban henti jantung mendadak.

"Masyarakat yang menemukan korban dengan henti jantung mendadak dapat memberikan pertolongan pijat jantung atau resusitasi jantung paru. Sehingga dapat membantu meningkatkan kesempatan hidup korban," katanya. (WDY)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018