Denpasar (Antaranews Bali) - Para perupa dari berbagai wilayah di Kabupaten Badung yang tergabung dalam Komunitas Mangu Rupa menyatakan "kebangkitan" dalam pameran bersama yang digelar mulai awal Agustus 2018 hingga Januari 2019.

"Momentum pameran ini bagian dari upaya membangun medan sosial seni dan untuk menstimulasi kebangkitan perupa di Kabupaten Badung," kata pemilik Richstone Art & Desain dan Gurat Institut, Ketut Putra Yasa, di Denpasar, Minggu.

Pihaknya memang sengaja mengundang perupa yang tergabung dalam komunitas Mangu Rupa dalam penjaringan sebuah pameran bersama di Lv8 Resort Hotel Berawa, Kabupaten Badung bertemakan  "nir (Maya) rupa".

"Untuk tujuan tersebut, kami selaku pihak penyelenggara pameran, menerapkan sistem kuratorial, bahkan dilakukan secara ketat melalui seleksi karya," ucap Putra Yasa.

Rencana pelaksanaan pameran disambut sangat antusias oleh para perupa. Ketua Komunitas Mangu Rupa Dewa Putu Ardana menyatakan siap menggebrak panggung seni rupa, khususnya di kabupaten terkaya di Provinsi Bali itu.

"Komunitas Mangu Rupa adalah perupa yang berasal dan berdomisili di Badung yang sejauh ini kiprahnya tergolong mati suri dibanding daerah lainya seperti Gianyar, Denpasar dan kota lainnya di Bali," katanya.

Saat ini, ada sekitar 90-100 perupa yang tergabung dalam Komunitas Mangu Rupa. "Melalui  momen ini kita manfaatkan untuk mengangkat perupa Badung yang cukup lama mati suri dibandingkan daerah lain. Kami bersama perupa yang berdomisili di Badung, akan ikut pameran bersama, berskala besar," kata Ardana.

Ardana menceritakan awal munculnya komunitas ini berkat kegalauan perupa  Badung yang cenderung  tidak kelihatan, apalagi Badung akan memiliki gedung budaya.

"Untuk itu, kami akan programkan beberapa kegiatan, termasuk terlibat penuh merespons undangan pameran perdana di bulan Agustus 2018, atas undangan Richstone ini. Walaupun nantinya ada proses seleksi ketat yang dilakukan oleh pihak kurator pameran," ujarnya.

Terkait pameran yang akan dilaksanakan di Lv8 Hotel Berawa, dengan mengangkat tema " nir (Maya) rupa", dijadwalkan berlangsung enam bulan, mulai 2 Agustus 2018 - 2 Januari 2019.

Pameran ini dikuratori oleh Wayan Seriyoga Parta dan Made Susanta Dwitanaya. Menurut Seriyoga tema "  nir(Maya)rupa" yang diangkat dalam pameran ini bertujuan untuk mengajak perupa menggali kembali aspek-aspek humanistik dalam kehidupan, yang divisualisasikan dengan cita rasa estetika.

Ardana dari Komunitas Mangu berharap para perupa dapat menggugah daya kritisnya untuk menyikapi secara arif segala fenomena. Untuk kemudian menginternalisasikan dan selanjutnya dituangkan dalam karya-karya yang memiliki sublimasi estetik.

"Karena keseharian kita sudah dijejali dengan citraan-citraan banal tentang kejadian bencana dan fenomena seperti berita hoaks melalui media elektronik dan virtual. Sebagai tanggapan atas fenomena virtualitas yang menyelimuti keseharian, frame kuratorial memberikan pilihan sub tema yang dapat diangkat meliputi tradisi dan ritual, masyarakat dan budaya Bali, kehidupan agraris, kehidupan pesisir, turisme dan desa global," ujar Seriyoga.

Karya-karya yang akan dipresentasikan dalam pameran ini diharapkan dapat memberikan ruang penghayatan yang lebih mendalam, yag merupakan persepsi visual yang diresapi oleh para pelukis atas tanggapannya terhadap fenomena.

"Ada waktu satu bulan untuk mempersipkan karya, dengan jumlah karya dipamerkan sekitar 45-50 karya, dalam proses seleksi tidak menutup kemungkinan karya-karya yang sudah dikirimkan oleh perupa bisa saja gugur atau tidak lolos seleksi pameran," ucapnya.

Hal ini sebagai upaya penyelenggara untuk mempersiapkan pameran dengan tetap mengedepankan kualitas artistik dan nilai estetik karya. (ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018