Denpasar (Antaranews) - Ekspor pakaian jadi bukan rajutan dari Bali mencapai sebesar 7,48 juta dolar AS selama bulan Februari 2018, atau naik 1,29 juta dolar AS atau 20,83 persen dibanding bulan Januari 2018 yang tercatat 6,19 juta dolar AS.

"Namun dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 193.436 dolar AS atau 2,65 persen, karena Februari 2017 pengiriman busana ke luar negeri itu hanya menghasilkan 7,29 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, pengiriman berbagai jenis busana yang dibuat secara manual dalam usaha industri kecil skala rumah tangga itu mampu memberikan kontribusi 16,55 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 45,26 juta dolar AS selama bulan Februari 2018.

Total perolehan devisa Bali tersebut menurun 4,44 juta dolar AS atau 8,93 persen dibanding bulan Januari 2018 yang tercatat 49,70 juta dolar AS, namun meningkat 110.657 dolar AS atau 0,25 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, karena Februari 2017 nilai ekspor Bali tercatat 45,15 juta dolar AS.

Adi Nugroho menambahkan, aneka jenis busana dengan rancang bangun (desain) yang unik dan menarik itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni mencapai 23,51 persen, menyusul Perancis 13,04 persen, Singapura 10,24 persen, dan Spanyol 7,06 persen.

Selain itu juga menembus pasaran Australia 7,83 persen, Hong Kong 6,87 persen, Italia 3,46 persen, Jerman 3,54 persen, Jepang 1,80 persen dan China 0,39 persen. Sementara 22,26 persen sisanya menembus berbagai negara lainnya, karena pakaian jadi bukan rajutan yang dikombinasikan dengan manik-manik sangat diminati konsumen mancanegara dengan harga yang terjangkau.

Pakaian Bali yang juga sangat disenangi wisatawan mancanegara saat menikmati liburan di Pulau Dewata itu juga dilengkapi dengan hiasan bordiran hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin setempat.

Menurut seorang pengusaha eksportir pakaian setempat Ni Made Wardani, busana buatan masyarakat Bali dengan rancang bangun yang unik dan menarik serta dikombinasikan dengan manik-manik cukup laku diekspor ke luar negeri.

Namun jumlahnya tidak secerah tahun 1990-an saat itu perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sanggat ramai, namun sekarang jumlahnya sanggat merosot, disamping mendapatkan persaingan yang begitu ketat dari produksi negara China.

Pakaian Bali terutama yang dibuat dan diisi dengan manik-manik (monte) dan bordiran yang diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih apalagi rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara konsumen dipadukan dengan muatan lokal, ujar Wardani. (ed)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018