Denpasar (Antaranews Bali) - Para pedagang dan sopir angkutan umum yang mangkal di Terminal Ubung, Denpasar, Bali, mengeluhkan sepinya pendapatan mereka akibat pemindahan terminal bus angkutan antarprovinsi dari Ubung-Denpasar ke Terminal Mengwi-Badung.
Seorang sopir bus antarkota Provinsi Bali, Kadek Suka Rangdi, saat ditemui di Terminal Ubung, Minggu, mengatakan hampir 90 persen para pedagang merugi, sehingga kondisi perekonomian mereka anjlok secara drastis, termasuk para sopir yang mengalami sepinya penumpang.
"Beda halnya ketika bus antarprovinsi masih beroperasi di Terminal Ubung. Perekonomian dirasakan sangat lancar, dan transaksi jual beli maupun aktivitas di terminal dirasa menggembirakan," katanya.
Menurut dia, sekarang para penumpang tidak lagi ke Terminal Ubung tapi langsung ke Terminal Mengwi sehingga omzet parkir dan penjualan tiket juga harap-harap cemas, karena hampir tidak adanya pemasukan.
Sopir lainnya, Komang Santra, mengatakan tidak mengetahui sampai kapan berakhirnya kelesuan perekonomian di Terminal Ubung karena pemindahan terminal antarprovinsi itu dinilainya tidak jelas hingga sekarang.
"Kita bisa lihat saat ini sepinya penumpang dan perputaran perekonomi tidak berjalan seperti dulu," katanya.
Selain itu, sekarang juga serba "online" sehingga para penumpang bisa langsung menunjukkan kode tiket dan bisa naik bus, sehingga semuanya praktis digerakkan oleh mesin sehingga terpaksa manusia harus menganggur.
Nasib serupa juga diungkapkan seorang pedagang di Terminal Ubung, I Made Sukarta. Baginya, pemindahan terminal bus antarprovinsi ke Mengwi itu menyebabkan Terminal Ubung bernasib sama dengan Terminal Batubulan di Gianyar yaitu sepi penumpang.
Menurut dia, kondisi itu tentu saja berpengaruh pada penjualan para pedagang di kawasan Terminal Ubung. Biasanya para pedagang bisa menjual barang dagangannya dari satu bus ke bus yang lain saat para penumpang dari provinsi lain turun di sana, namun kini hal itu tampak ada lagi.
"Bus antarprovinsi semuanya tidak boleh lagi masuk ke Terminal Ubung, yang boleh cuma bus lokal dan penumpangnya sangat sedikit. Penghasilan saya menurun hingga 60-70 persen dibandingkan dengan sebelumnya, semoga pemerintah memberi jalan keluar untuk kami-kami di sini," katanya, berharap.
Pewarta Antara di Terminal Ubung melaporkan loket penjualan tiket tampak tidak beroperasi dan sepi dari aktivitas. Begitu juga kursi di ruang tunggu terminal terlihat tanpa keramaian. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Seorang sopir bus antarkota Provinsi Bali, Kadek Suka Rangdi, saat ditemui di Terminal Ubung, Minggu, mengatakan hampir 90 persen para pedagang merugi, sehingga kondisi perekonomian mereka anjlok secara drastis, termasuk para sopir yang mengalami sepinya penumpang.
"Beda halnya ketika bus antarprovinsi masih beroperasi di Terminal Ubung. Perekonomian dirasakan sangat lancar, dan transaksi jual beli maupun aktivitas di terminal dirasa menggembirakan," katanya.
Menurut dia, sekarang para penumpang tidak lagi ke Terminal Ubung tapi langsung ke Terminal Mengwi sehingga omzet parkir dan penjualan tiket juga harap-harap cemas, karena hampir tidak adanya pemasukan.
Sopir lainnya, Komang Santra, mengatakan tidak mengetahui sampai kapan berakhirnya kelesuan perekonomian di Terminal Ubung karena pemindahan terminal antarprovinsi itu dinilainya tidak jelas hingga sekarang.
"Kita bisa lihat saat ini sepinya penumpang dan perputaran perekonomi tidak berjalan seperti dulu," katanya.
Selain itu, sekarang juga serba "online" sehingga para penumpang bisa langsung menunjukkan kode tiket dan bisa naik bus, sehingga semuanya praktis digerakkan oleh mesin sehingga terpaksa manusia harus menganggur.
Nasib serupa juga diungkapkan seorang pedagang di Terminal Ubung, I Made Sukarta. Baginya, pemindahan terminal bus antarprovinsi ke Mengwi itu menyebabkan Terminal Ubung bernasib sama dengan Terminal Batubulan di Gianyar yaitu sepi penumpang.
Menurut dia, kondisi itu tentu saja berpengaruh pada penjualan para pedagang di kawasan Terminal Ubung. Biasanya para pedagang bisa menjual barang dagangannya dari satu bus ke bus yang lain saat para penumpang dari provinsi lain turun di sana, namun kini hal itu tampak ada lagi.
"Bus antarprovinsi semuanya tidak boleh lagi masuk ke Terminal Ubung, yang boleh cuma bus lokal dan penumpangnya sangat sedikit. Penghasilan saya menurun hingga 60-70 persen dibandingkan dengan sebelumnya, semoga pemerintah memberi jalan keluar untuk kami-kami di sini," katanya, berharap.
Pewarta Antara di Terminal Ubung melaporkan loket penjualan tiket tampak tidak beroperasi dan sepi dari aktivitas. Begitu juga kursi di ruang tunggu terminal terlihat tanpa keramaian. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018