Denpasar (Antaranews Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB) menggelar pameran grafis karya pilihan seniman asal Thailand, Puritip Suriyapatarapun, selama sepuluh hari yakni 12-21 Januari 2018.

"Puritip Suriyapatarapun (26), seniman kelahiran Bangkok pada 2 Mei 1992, merupakan pemenang II kompetisi internasional Trienal Seni Grafis V 2015 yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya," kata penanggung jawab acara tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, pameran tunggal kali ini di Bali merupakan kelanjutan dari rangkaian kompetisi grafis berskala internasional.

Sebelumnya, BBB, lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, telah menghadirkan pameran pemenang I Trienal Seni Grafis V 2015, Jayanta Naskar (India) pada Januari 2017.

Puluhan karya seni yang disuguhkan itu sepenuhnya dikerjakan dengan mengeksplorasi teknik litografi.

Litografi merupakan teknik dalam seni grafis yang mempergunakan batu kapur sebagai acuan cetak.

Teknik yang ditemukan oleh Alois Senefelder di Bavaria, Jerman Selatan, sekitar tahun 1796-1798 itu memanfaatkan prinsip bahwa lemak dan air tidak bisa bersatu.

Merujuk tajuk "Boundary of Freedom", Puritip mengetengahkan 36 karya terpilihnya. Seni grafis yang dihadirkan mengacu pada pendekatan realis yang secara khusus mengangkat isu kemerdekaan yang dianggapnya hanya hidup dalam cangkang dan ilusi.

"Kami suka mengatakan dan menginginkan kata bebas atau merdeka. Kedengarannya kata itu sederhana, tanpa sadar akan luasnya makna sesungguhnya dari kata tersebut. Semua orang berusaha keras merebut, berjuang keras untuk mendapatkan kemerdekaan," tutur Puritip.

Menurutnya, kebebasan itu menyangkut kebebasan dalam berpikir. Segala hal di dunia ini memiliki sisi baik dan buruk di mana harus belajar memahami dan hidup bersamanya dengan bahagia.

Menurut Devi Ferdianto, pegiat seni grafis yang juga juri Kompetisi Trienal Seni Grafis, Puritip secara kreatif menyatakan pemikirannya tentang manusia sebagai makhluk sosial.

"Dia menggambarkan identitas bangsa Thailand dengan representasi wajah dan bendera negaranya ke dalam objek-objek semisal alat pintal, alat tenun, mesin jahit, alat setrika, dan benda-benda keseharian lain sebagai lambang hidup manusia yang saling terkait satu sama lain," katanya.

Pada pokoknya, secara simbolis dalam karya-karyanya, Puritip mengungkap hakikat batas kebebasan dalam kehidupan manusia sebagai individu, makhluk sosial dan warga sebuah negara, ungkap Devi Ferdianto.

Melalui karya berjudul "Our Whole Life Searching", Puritip berhasil menjadi pemenang II kompetisi internasional Trienal Seni Grafis Indonesia V 2015. Karya Puritip terpilih sebagai pemenang II oleh para juri yang terdiri dari Aminudin TH Siregar, Tisna Sanjaya, Bambang Bujono, Devy Ferdianto dan Syahrizal Pahlevi.  (WDY)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018