Denpasar (Antara Bali) - Di era digitalisasi media yang begitu gencar seiring kemajuan teknologi informasi, media cetak terbukti tetap tumbuh dan ke depan diyakini tidak akan mati.

Demikian terungkap pada seminar "Masa Depan Digitalisasi dan Interdependensi Media" di sela-sela Kongres ke-23 Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di Denpasar, Rabu.

Dirut Tempo Bambang Harymurti menyatakan, walaupun tiras media banyak yang turun, tetapi secara akumulasi oplah penerbitan secara nasional bertambah cukup signifikan.

Hal itu mengingat banyaknya penerbitan baru di berbagai daerah maupun di Jakarta. "Potensi di daerah-daerah lebih besar. Walaupun oplah masing-masing tidak besar, tetapi jumlah medianya banyak," ucapnya.

Bambang memberikan contoh tiras koran dalam setahun misalnya naik 5.000 eksemplar, maka kalau jumlahnya mencapai 50 penerbitan, maka jumlah kenaikannya mencapai 250.000 eksemplar.

Mengenai pendapat yang menyatakan koran akan mati, dia menyamakan dengan kondisi dahulu, ketika berkembang radio, media cetak diperkirakan akan mati, saat berkembang stasiun televisi, radio yang akan tutup. "Ini paradoks, sudah Maghrib, kok seperti masih duhur," ucapnya.

Sementara Dahlan Iskan yang pada kongres itu kembali terpilih menjadi Ketua SPS periode 2011-2015, sebelumnya bahwa dalam empat tahun terakhir tidak ada media anggota serikat tersebut yang mati.

"Semuanya tetap mampu bertahan, bahkan diwarnai cukup banyaknya penerbitan baru di daerah-daerah yang mampu terus tumbuh," ucap pengusaha yang juga Dirut PLN itu.

Terkait keberadaan suratkabar, kini tidak bisa lagi menempatkan dirinya dalam pengertian sebagai media cetak semata. Hal itu mengingat di era digitalisasi, media cetak juga harus menempatkan berita-beritanya di dunia online.

"Untuk menurunkan berita, kita tidak bisa menunggunya sampai besok. Karena media online lainnya sudah menurunkan beritanya detik demi-detik. Sedangkan yang disiarkan pada versi cetak, bisa berita-berita terakhir," kata GM Kompas Multimedia Eddy Taslim.

Seminar tersebut juga menghadirkan PV Digital Music and Konten Managemen Telkomsel, Krishnawan Pribadi, mewakili Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno.

Dia menyatakan bahwa perangkat yang dimiliki perusahaannya sangat mendukung untuk meningkatkan kerja sama penyiaran berita-berita dengan berbagai media guna merespon perkembangan minat pasar.

Namun mengenai ketimpangan pembagian tarif bagian kerja sama, yang menurut Bambang Harymurti pihak media hanya kebagian kecil, sementara operator sangat besar, hingga 80 persen, perlu dilakukan kajian mendalam.

Tarif di Telkomsel yang telah didukung 3G di 40 kota, kata Krishnawan, kini menjadi yang termurah di Asia Pasifik, sehingga perlu pertimbangan dalam pengemasan konten.

Dia juga mengingatkan perlunya mengantisipasi praktek "cuci uang" terkait bisnis pulsa sebagai alat pembayaran dalam penjualan berbagai produk, termasuk terkait konten media.

Meski begitu, Bank Indonesia telah diberikan pemahaman terkait hal tersebut, sehingga tidak tertutup kemungkinan dilakukan kerja sama pembayaran konten media dengan menggunakan pulsa, ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011