Denpasar (Antara Bali) - Duta Besar Indonesia untuk Rusia Wahid Supriyadi mengatakan Provinsi Bali berpeluang menggarap pangsa pasar buah tropis di negara tersebut setelah tertutupnya pasokan impor dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
"Ada potensi pasar sekitar 13,5 miliar dolar AS yang ditinggalkan Uni Eropa sebagian besar itu makanan dan buah. Itu potensi yang bisa digarap," katanya setelah mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha di gedung Bank Indonesia di Denpasar, Senin.
Menurut dia, pelaku usaha dari Indonesia khususnya dari Bali harus memanfaatkan peluang bisnis tersebut untuk mengisi kekosongan kebutuhan buah tropis dan makanan, apalagi saat musim dingin nyaris tidak ada pasokan buah yang memenuhi pasar negeri tersebut.
Ia mengatakan buah tropis sangat diminati di negara itu dengan harga yang mahal seperti satu biji buah rambutan di negara dengan ikon beruang merah itu misalnya dihargai setara dengan Rp20 ribu, satu biji mangga mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu serta manggis mencapai Rp48 ribu per biji.
Tingginya harga tersebut sangat menjanjikan bagi pelaku usaha dari Bali untuk memperluas komoditas ekspor utamanya buah tropis ke pasar Rusia.
Untuk membuka lebih besar akses ke pasar negara dengan ibu kota di Moskow itu, pihaknya intensif memperkenalkan potensi Tanah Air melalui Festival Indonesia yang rutin digelar setahun sekali pada bulan Agustus.
Pada festival yang bertemakan "Visit Wonderful Indonesia Bali dan Beyond" tahun 2016, festival Indonesia menarik 68 ribu pengunjung.
Jumlah tersebut kemudian meningkat pada Agustus 2017 mencapai 91.600 kunjungan yang digelar di Taman Krasnaya Presnya Moskow yang memiliki luas sekitar enam hektare.
Ia mengahrapkan pada pelaksanaan Festival Indonesia yang dijadwalkan berlangsung 3-5 Agustus 2018 lebih banyak pelaku usaha dari Bali yang ikut terlibat untuk membuka pasar internasional.
Untuk itu pihaknya berencana memperluas arena pameran dari enam hektare menjadi 18 hektare mengingat tingginya animo pengunjung dengan target kunjungan mencapai sekitar 120 ribu orang.
Wahid mengharapkan pelaku usaha dan pemerintah daerah harus memanfaatkan potensi itu karena negara di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Vietnam juga mengambil langkah cepat dalam memasarkan potensi buah tropisnya meskipun produk dari Bali tidak kalah saing.
Meski demikian kendala utama dalam perdagangan ke Rusia adalah belum adanya penerbangan langsung ke negeri itu padahal Thailand dan Vietnam sudah membuka penerbangan langsung.
"Kami lagi `merayu` Garuda. Tahun ini harusnya terbang tetapi ada pergantian pimpinan kemungkinan sedang reinventarisasi," ucapnya.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana mendukung perkembangan ekonomi Pulau Dewata termasuk pelaku usahanya untuk "go international".
Pada Festival Indonesia bulan Agustus lalu, pihaknya juga memfasilitasi beberapa pelaku usaha binaan dengan membawa produk unggulan di antaranya kopi yang menarik perhatian pelaku usaha dan masyarakat Rusia dalam waktu 1,5 jam sudah ludes terjual.
"Dalam pameran itu luar biasa antusiame pengunjung. Kami memfasilitasi pelaku usaha untuk mendorong ekonomi daerah yang berorientasi ekspor dan mengundang investor luar ke Bali," ucapnya.
Selama ini Bank Indonesia Bali memiliki pengembangan ekonomi daerah dengan mendukung pelaku usaha binaan dalam bentuk klaster seperti sapi, cabai, bawang merah, kopi, beras dan tenun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Ada potensi pasar sekitar 13,5 miliar dolar AS yang ditinggalkan Uni Eropa sebagian besar itu makanan dan buah. Itu potensi yang bisa digarap," katanya setelah mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha di gedung Bank Indonesia di Denpasar, Senin.
Menurut dia, pelaku usaha dari Indonesia khususnya dari Bali harus memanfaatkan peluang bisnis tersebut untuk mengisi kekosongan kebutuhan buah tropis dan makanan, apalagi saat musim dingin nyaris tidak ada pasokan buah yang memenuhi pasar negeri tersebut.
Ia mengatakan buah tropis sangat diminati di negara itu dengan harga yang mahal seperti satu biji buah rambutan di negara dengan ikon beruang merah itu misalnya dihargai setara dengan Rp20 ribu, satu biji mangga mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu serta manggis mencapai Rp48 ribu per biji.
Tingginya harga tersebut sangat menjanjikan bagi pelaku usaha dari Bali untuk memperluas komoditas ekspor utamanya buah tropis ke pasar Rusia.
Untuk membuka lebih besar akses ke pasar negara dengan ibu kota di Moskow itu, pihaknya intensif memperkenalkan potensi Tanah Air melalui Festival Indonesia yang rutin digelar setahun sekali pada bulan Agustus.
Pada festival yang bertemakan "Visit Wonderful Indonesia Bali dan Beyond" tahun 2016, festival Indonesia menarik 68 ribu pengunjung.
Jumlah tersebut kemudian meningkat pada Agustus 2017 mencapai 91.600 kunjungan yang digelar di Taman Krasnaya Presnya Moskow yang memiliki luas sekitar enam hektare.
Ia mengahrapkan pada pelaksanaan Festival Indonesia yang dijadwalkan berlangsung 3-5 Agustus 2018 lebih banyak pelaku usaha dari Bali yang ikut terlibat untuk membuka pasar internasional.
Untuk itu pihaknya berencana memperluas arena pameran dari enam hektare menjadi 18 hektare mengingat tingginya animo pengunjung dengan target kunjungan mencapai sekitar 120 ribu orang.
Wahid mengharapkan pelaku usaha dan pemerintah daerah harus memanfaatkan potensi itu karena negara di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Vietnam juga mengambil langkah cepat dalam memasarkan potensi buah tropisnya meskipun produk dari Bali tidak kalah saing.
Meski demikian kendala utama dalam perdagangan ke Rusia adalah belum adanya penerbangan langsung ke negeri itu padahal Thailand dan Vietnam sudah membuka penerbangan langsung.
"Kami lagi `merayu` Garuda. Tahun ini harusnya terbang tetapi ada pergantian pimpinan kemungkinan sedang reinventarisasi," ucapnya.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana mendukung perkembangan ekonomi Pulau Dewata termasuk pelaku usahanya untuk "go international".
Pada Festival Indonesia bulan Agustus lalu, pihaknya juga memfasilitasi beberapa pelaku usaha binaan dengan membawa produk unggulan di antaranya kopi yang menarik perhatian pelaku usaha dan masyarakat Rusia dalam waktu 1,5 jam sudah ludes terjual.
"Dalam pameran itu luar biasa antusiame pengunjung. Kami memfasilitasi pelaku usaha untuk mendorong ekonomi daerah yang berorientasi ekspor dan mengundang investor luar ke Bali," ucapnya.
Selama ini Bank Indonesia Bali memiliki pengembangan ekonomi daerah dengan mendukung pelaku usaha binaan dalam bentuk klaster seperti sapi, cabai, bawang merah, kopi, beras dan tenun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017