Denpasar (Antara Bali) - Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana menginginkan kampus setempat dapat menjadi contoh kampus kerukunan di Pulau Dewata.

"Oleh karena itu, di sini tidak boleh ada fenomena yang menyebabkan tidak rukun," kata Sudiana pada acara serah terima jabatan sebagai Rektor IHDN periode 2017-2021, di Denpasar, Senin.

Untuk mendukung rencana tersebut, maka setelah memimpin IHDN ini akan segera melakukan rekonsiliasi dan pembaharuan terhadap sejumlah struktur di kampus setempat.

"IHDN mestinya menjadi kampus kerukunan, dan bukan kericuhan, sehingga warga di dalamnya harus bisa `pakedek-pakenyung` atau saling tertawa dan tersenyum," ucapnya.

Sudiana yang juga Ketua PHDI Bali itu juga menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan sejumlah program vital yang telah dirancang rektor sebelumnya yakni meningkatkan posisi status IHDN dari institut menjadi universitas.

Namun, sebelum ke arah sana, pihaknya akan mempersiapkan dengan matang terkait dengan akreditasi lembaga. "Ini sangat penting, karena jika tidak dilakukan akan bisa jadi bumerang untuk peningkatan status menjadi universitas dan akreditasi jurusan," ujarnya.

Yang tidak kalah penting, pihaknya akan lebih aktif untuk menjalin kerja sama dengan kampus-kampus di luar negeri dan lintas agama, untuk membuat jurnal penelitian dan jurnal ilmiah yang bisa terakreditasi nasional dan internasional.

"Kampus juga akan kelihatan dari karya tulisnya. Kalau karya tulisnya kurang, lalu tidak ada jurnal, ini akan mengurangi kredibelitas kampus," ucap Sudiana.

Sementara itu, Rektor IHDN periode 2013-2017 Prof Dr I Nengah Duija mengharapkan agar penggantinya dapat membawa IHDN ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

"Prof Sudiana tidak akan sia-sia dilantik menjadi rektor karena memang orang yang mumpuni yakni tiga periode di PHDI, sebagai guru besar, bahkan dekat dengan pejabat di pusat maupun daerah. Prof Sudiana memang sakti, mudah-mudahan dengan kesaktian Beliau bisa meningkatkan IHDN," ujarnya.

Prof Duija berpesan sejumlah hal, yakni yang terdekat agar mempercepat penyerapan anggaran, mempersiapkan acara Dies Natalis, hingga memperlancar realisasi tunjungan kinerja para dosen yang masih tersendat.

Selain itu, penyiapan akreditasi institusi hingga meningkatkan status IHDN menjadi universitas, dan jika memungkinkan membangun kampus IHDN yang lebih luas di Denpasar dengan meminta bantuan tanah dari pemerintah daerah, serta mampu menambah deretan profesor di IHDN minimal delapan orang.

"Jangan sampai di IHDN ada lagi `badai tornado` karena saya bersama rekan-rekan yang sangat sabar, telah berhasil melalui goresan sejarah dari badai tornado menjadi kini kolam susu. Waktu 2013 betapa kampus kita mendapat goresan sejarah terpuruk dari sisi pencitraan maupun akademik," ujar Duija. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017