Sebuah konferensi bertaraf internasional 'le Mondial des CCE 2017' yang diadakan di Nusa Dua, mengagendakan salah satu acara yang mengesankan bagi pesertanya, yakni menikmati gala dinner di Museum Pasifika.

Konferensi internasional ini dihadiri sejumlah tokoh dan pelaku bisnis Perancis. Seperti, Jean-Charles Berthonnet (Duta Besar Perancis untuk Indonesia), Alain Bentejac (Presiden CCE), Arnaud Vaissie (Presiden Kamar Dagang Perancis Internasional), Alain Renck (Direktur BPI Perancis), Pierre Noyer (Presiden CCE Indonesia) dan Philippe Augier (Presiden Kadin Perancis Indonesia sekaligus pendiri Museum Pasifika).

Sebelumnya, museum ini telah berpartisipasi dalam 40 acara internasional selama 10 tahun terakhir, yakni acara Asean Summit, World Democracy Forum, APEC, World Cultural Forum dan lainnya.

Terpilihnya Museum Pasifika sebagai lokasi gala dinner, dikarenakan letaknya yang strategis di tengah kawasan perhotelan di Nusa Dua, serta berbagai prestasi yang telah diraihnya.

"Museum Pasifika telah meraih Wonderful Indonesia Award dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas keterlibatan di industri pariwisata Indonesia," ucap Presiden Kadin Perancis-Indonesia, Philippe Augier.

Pendiri Museum Pasifika itu menjelaskan, museum ini pun telah dikunjungi oleh tujuh kepala negara, lebih dari 200 menteri dan 70 diplomat dari negara yang berbeda-beda.

"Gala dinner ini sebenarnya merupakan perkenalan budaya bagi undangan yang hadir yang sengaja diformat dengan konsep 'standing party' sehingga para tamu undangan yang terdiri dari kalangan pebisnis dari Perancis ini, dapat berkeliling ke berbagai ruangan museum," tuturnya.
 
Sehubungan dengan kiprah aktifnya dalam mempromosikan Indonesia, maka Museum Pasifika telah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penghargaan Wonderful Indonesia Award diberikan, untuk keterlibatan dan prestasi di industri pariwisata Indonesia sejak pembukaan museum di 2006.

Penghargaan ini disampaikan oleh Pariwisata Menteri Mari Elka Pangestu, di hadapan Wakil Menteri DR Sapta Nirwandar pada tanggal 29 Desember 2011, di Jakarta.

"Sejak tahun 2013 sampai 2015, Museum Pasifika kemudian berturut-turut mendapat penghargaan predikat sebagai Traveller’s Choice peringkat pertama dari tripadvisor.co.id, sebuah situs web wisata terbesar di dunia. Museum Pasifika juga mendapat peringkat keempat dari 52 objek wisata di Nusa Dua dan masuk peringkat ke-30 dari 500 objek wisata di Bali," ucap Philippe.

            
Kecintaan pada Indonesia

Ya, kecintaan pada Indonesia mendorong pria asal Perancis Philippe Augier mendirikan museum budaya untuk mengabadikan karya-karya bersejarah dari berbagai negara di kawasan Asia dan Pasifik.
     
Sejak 35 tahun silam, Philippe tinggal di Jakarta dan merintis usaha berskala internasional. Philippe sering mendapati, betapa luar biasa kekayaan budaya Indonesia, yang memiliki keterkaitan erat dengan negara-negara di Asia dan Pasifika.

Endapan kekaguman ini, akhirnya menggerakkannya untuk mendirikan sebuah museum di Bali. Bali adalah salah satu kawasan wisata yang sudah mendunia. Philippe tergerak ingin memberikan sesuatu yang tujuannya bernilai positif bagi masa depan, dengan cita rasa internasional.

Itulah gagasan ini yang melatarbelakangi pria ini kemudian mendirikan Museum Pasifika di kawasan Nusa Dua. "Museum didirikan pada tahun 2005 dan dibuka tahun 2006, yang dibangun bersama dua parter yakni Popo Danes (seniman Bali) dan Muktaryanto (pengusaha dari Yogyakarta)," ujarnya.
     
Museum sengaja dibangun dengan tiga misi utama. Misi pertama, sebagai wahana edukasi bagi siswa-siswa sekolah. Sudah lebih dari 22 ribu siswa sekolah dan mahasiswa di Bali yang telah diundang ke museum untuk melihat serta mempelajari karya bernilai yang merupakan koleksi museum.

Sesekali diadakan lomba melukis dan hasil lukisan para pemenangnya akan dipajang di museum, sehingga membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan bagi siswa yang memiliki bakat seni.
     
Tahun-tahun selanjutnya, siswa dan mahasiswa dari daerah lain di Indonesia pun akan diundang untuk bersama-sama mempelajari sisi budaya dari berbagai negara.

Pada waktu-waktu selanjutnya, diharapkan ada kesamaan sudut pandang di antara generasi bangsa untuk lebih mengapreasi dan menghargai produk-produk budaya.
     
Misi kedua, museum itu menampilkan objek wisata budaya berstandar internasional dan ditampilkan dengan mengedepankan kekentalan sisi Asia dan Pasifika. Desain artistik bangunan museum makin mengokohkan warna Asia-Pasifika.
     
Misi ketiga adalah untuk memberikan sesuatu yang lebih dan berbeda dengan museum lain karena kini memang manusia berada pada peradaban kompetisi global.

"Baru saya mendirikan Museum Pasifika, ada tokoh dari negeri tetangga yang langsung ikut membuat museum setipe. Malah langsung dua sekaligus mendirikan museum sejenis Pasifika," ujar Philippe yang juga Wakil Ketua Himpunan Museum Bali (Himusba) itu.

Philippe menambahkan, Museum Pasifika menyimpan koleksi surat bersejarah dari Presiden Republik Indonesia Soekarno. Surat itu  ditujukan kepada pelukis asal Belgia Adrien-Jean Le Mayeur, yang terkirim pada 30 Oktober 1950.Koleksi ini amat bernilai secara kesejarahan, sehingga banyak dilihat-lihat oleh pengunjung museum.    

Ya, ruang-ruang museum itu memang dipenuhi lebih dari 600 karya seni dari 200 seniman berbagai negara, yang menggambarkan keragaman budaya dari negara-negara di sepanjang kawasan Asia Pasifik. (*)

----
*) Penulis adalah penulis artikel lepas yang tinggal di Bali.

Pewarta: Tri Vivi Suryani *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017