Denpasar (Antara Bali) - Tidak hanya jajaran Humas Pemkab Badung (18/7/17), tapi tiga orang kru "Harris Hotel" Denpasar dan tiga pegiat LSM Yayasan Gay@ Dewata Bali (YGDB) juga mengunjungi kantor LKBN Antara Biro Bali di Jalan Mataram 1, Lapangan Lumintang, Kota Denpasar, Bali.

"Kami sudah lama menjalin kemitraan dengan Antara, meski belum semua kru dari delapan hotel kami di Bali yang menjalin kemitraan itu," ungkap Marketing Communication 'Harris Hotel', Janner Napitu, saat berkunjung ke "dapur" BUMN yang bergerak di bidang komunikasi dan informasi itu (28/7/2017).

Dalam kesempatan itu, pihaknya menyampaikan pembentukan "Tim Pelari Harris Hotel" yang diluncurkan pada 24 Agustus 2017. " Tim Pelari itu ada enam pelari yang akan mengibarkan brand 'Harris Hotel' di seluruh pelosok Nusantara melalui berbagai event dan kompetisi lari," paparnya.

Sebelumnya (27/7/2017), sejumlah pegiat LSM YGDB juga tidak mau ketinggalan untuk berdialog dengan pimpinan dan karyawan dari kantor berita nasional itu. "Kami ingin tahu persepsi Antara tentang kami, karena ada media yang menolak kunjungan kami untuk bertukar pikiran," ucap Direktur YGDB, Christian Supriyadinata.

Didampingi dua pegiat LSM peduli HIV/AIDS dan seorang staf KPA Provinsi Bali itu, ia menjelaskan masyarakat seringkali memberi stigma bahwa HIV/AIDS itu erat kaitannya dengan kaum transgender, padahal HIV/AIDS merupakan virus yang bisa memapar siapapun.

"Kadang media mengaitkan penderita HIV/AIDS dengan kaum homoseksual, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda, karena HIV/AIDS itu bisa memapar siapapun, karena virus itu memang terkait dengan perilaku dan tidak ada kaitan sama sekali dengan komunitas tertentu," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya membutuhkan bantuan media untuk mengurai stigma yang sudah salah kaprah itu. "Kami akan mengundang media untuk mengikuti pelatihan tentang hal itu, karena media merupakan mitra kami yang bisa mengubah stigma itu melalui informasi yang benar," katanya.


Kepala Biro Antara Bali, Edy M. Ya'kub (3/kiri/tengah), didampingi karyawan Komang Suparta dan Analia, saat menerima pegiat LSM Yayasan Gay@ Dewata Bali di kantor LKBN Antara Biro Bali, Denpasar, Bali. (FOTO Antara Bali/ Analia/wdy/17)


Saat menerima kedua mitra dalam waktu berbeda itu, Kepala LKBN Antara Biro Bali, Edy M Yakub, menyatakan kantor berita yang berusia 80 tahun pada 13 Desember 2017 itu memang sudah lama membantu negara yang didalamnya ada dua pihak yakni masyarakat dan pemerintah.

"Sejak didirikan pak Adam Malik (mantan Wapres) dan tiga rekannya (Sipahoetar, Pandoe Kartawiguna, dan Soemanang) pada 13 Desember 1937, Antara sudah membantu masyarakat dan pemerintah untuk mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan hingga kemerdekaan kita diakui negara lain," tandas penyuka batik itu.

Para pendiri LKBN Antara itu merupakan tokoh pers pejuang yang saat itu merupakan bagian dari masyarakat, karena merekalah pemimpin media perjuangan pada era kolonial.

"Jadi, LKBN Antara tidak terlepas dari negara yang didalamnya ada masyarakat dan pemerintah. Antara ingin keputusan pemerintah tidak merugikan masyarakat dan perilaku masyarakat juga tidak merugikan negara, bukan menyoroti pemerintah dan masyarakat secara personal, tapi lebih pada keputusan pemerintah dan perilaku masyarakat. Yang termasuk dalam masyarakat di sini juga dari YGDB yang merupakan komunitas peduli HIV/AIDS dan Hotel Harris dari sektor swasta. Kami apresiasi kepada siapapun yang peduli pada pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang," katanya.

Perum LKBN Antara yang memiliki kantor biro daerah pada 34 provinsi dan menjadi anggota Organisasi Kantor Berita se-Asia Pasifik (OANA) itu melayani masyarakat dan pemerintah melalui penyiaran informasi (berita, features, dan foto) lewat jejaring media massa se-Indonesia, perwakilan biro asing pada beberapa negara, dan sinergi kantor-kantor berita asing di berbagai negara, seperti Amerika, Eropa, Timur Tengah, China, Asia-Pasifik, dan Australia.

Selain itu, Antara juga melayani masyarakat dan pemerintah secara langsung, melalui jaringan portal pada biro-biro daerah, bentuk-bentuk penyiaran lain (televisi, koran), lembaga pendidikan jurnalistik, dan galeri foto jurnalistik dalam bingkai edukasi, nasionalisme, dan konvergensi media (tulis, foto, video).

"Khusus di Bali, kami prioritaskan konvergensi media pada informasi pariwisata, taksu (nilai-nilai religi), dan seni budaya (tradisi) sesuai dengan kekhasan provinsi yang baru saja dikunjungi Raja Salman (Saudi Arabia), Barack Obama (Amerika Serikat), dan Najib Tun Razak (PM Malaysia) untuk berlibur bersama keluarganya itu," ujar Edy M Yakub. (WDY)

Pewarta: Oleh Analia

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017