Denpasar (Antara Bali) - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Benny K Harman menyebut pengawasan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Denpasar di Kerobokan, Kabupaten Badung, lemah pascakaburnya empat narapidana asing beberapa waktu lalu.
"Ini mengindikasikan lemahnya pengawasan yang dilakukan di lapas ini (Lapas Kerobokan)," kata Benny K Harman ketika meninjau Lapas Kerobokan bersama anggota Komisi III DPR RI lainnya di Kabupaten Badung, Jumat.
Menurut Benny, ada unsur kesengajaan yang perlu diselidiki aparat terkait mengingat lubang dengan panjang sekitar 15 meter dengan kedalaman sekitar tiga meter tersebut tanpa diketahui orang petugas setempat.
"Bagaimana mungkin lubang sepanjang 15 meter itu digali kemudian tanahnya dibawa kemana?. Kalau ada patroli di lapas, pasti ditemukan, pasti diketahui. Dugaan kuatnya ada kesengajaan," imbuhnya.
Menggali lubang membentuk terowongan di bawah tembok sebelah barat lapas hingga langsung tembus ke jalan raya, menurut Benny juga memerlukan waktu yang tidak singkat sehingga unsur kelalaian dari petugas setempat juga perlu diselidiki aparat kepolisian yang saat ini menangani kasus tersebut.
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk membentuk tim penyelidikan khusus yang disebutnya sebagai Tim Pencari Fakta (Fact Finding) yang khusus menyelidiki kaburnya empat narapidana asing tersebut.
Terkait pihak Lapas Kerobokan yang mengaku kekurangan petugas sehingga upaya pengawasan menjadi tidak maksimal, Benny mengaku hal tersebut bukan sebuah alasan.
"Itu tidak ada alasan, kalau jalan keliling saja pasti ditemukan (lubang)," katanya.
Sejumlah anggota Komisi III DPR RI yang membidangi hukum, HAM dan keamanan itu secara khusus meninjau lapas terpadat di Bali itu dalam rangka kunjungan kerja spesifik pascakaburnya empat narapidana asing, dua di antaranya sudah ditangkap kembali.
Selain meminta penyelidikan intensif, wakil rakyat itu juga mengharapkan agar pemerintah memindahkan sebagian warga binaan ke lapas lain yang masih bisa menampung atau menambah kapasitas di lapas tersebut, mengingat Lapas Kerobokan juga menyisakan permasalahan yakni kelebihan kapasitas dari seharusnya sekitar 300 orang namun saat ini dihuni sekitar 1.300 orang.
"Tergantung pemerintah. Bisa membangun lapas atau dipindahkan atau membangun lagi di sini ditingkatkan atau dipindahkan ke lapas di Bali yang belum `over` atau yang lain bisa dibawa ke Nusa Kambangan untuk narapidana tertentu," ucap Benny.
Hingga saat ini aparat terkait masih mengejar dua narapidana yang masih kabur yakni Shaun Edward Davidson alias Eddie Lonsdale alias Michael John Bayman Bin Eddi (33) dari Australia dan Tee Kok King Bin Tee Kim Sai (50) dari Malaysia.
Sedangkan dua lainnya yakni Dimitar Nikolov Iliev dari Bulgaria dan Sayed Mohammed Said dari India sudah ditangkap di Dili, Timor Leste dan saat ini tengah didalami Polda Bali.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Ini mengindikasikan lemahnya pengawasan yang dilakukan di lapas ini (Lapas Kerobokan)," kata Benny K Harman ketika meninjau Lapas Kerobokan bersama anggota Komisi III DPR RI lainnya di Kabupaten Badung, Jumat.
Menurut Benny, ada unsur kesengajaan yang perlu diselidiki aparat terkait mengingat lubang dengan panjang sekitar 15 meter dengan kedalaman sekitar tiga meter tersebut tanpa diketahui orang petugas setempat.
"Bagaimana mungkin lubang sepanjang 15 meter itu digali kemudian tanahnya dibawa kemana?. Kalau ada patroli di lapas, pasti ditemukan, pasti diketahui. Dugaan kuatnya ada kesengajaan," imbuhnya.
Menggali lubang membentuk terowongan di bawah tembok sebelah barat lapas hingga langsung tembus ke jalan raya, menurut Benny juga memerlukan waktu yang tidak singkat sehingga unsur kelalaian dari petugas setempat juga perlu diselidiki aparat kepolisian yang saat ini menangani kasus tersebut.
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk membentuk tim penyelidikan khusus yang disebutnya sebagai Tim Pencari Fakta (Fact Finding) yang khusus menyelidiki kaburnya empat narapidana asing tersebut.
Terkait pihak Lapas Kerobokan yang mengaku kekurangan petugas sehingga upaya pengawasan menjadi tidak maksimal, Benny mengaku hal tersebut bukan sebuah alasan.
"Itu tidak ada alasan, kalau jalan keliling saja pasti ditemukan (lubang)," katanya.
Sejumlah anggota Komisi III DPR RI yang membidangi hukum, HAM dan keamanan itu secara khusus meninjau lapas terpadat di Bali itu dalam rangka kunjungan kerja spesifik pascakaburnya empat narapidana asing, dua di antaranya sudah ditangkap kembali.
Selain meminta penyelidikan intensif, wakil rakyat itu juga mengharapkan agar pemerintah memindahkan sebagian warga binaan ke lapas lain yang masih bisa menampung atau menambah kapasitas di lapas tersebut, mengingat Lapas Kerobokan juga menyisakan permasalahan yakni kelebihan kapasitas dari seharusnya sekitar 300 orang namun saat ini dihuni sekitar 1.300 orang.
"Tergantung pemerintah. Bisa membangun lapas atau dipindahkan atau membangun lagi di sini ditingkatkan atau dipindahkan ke lapas di Bali yang belum `over` atau yang lain bisa dibawa ke Nusa Kambangan untuk narapidana tertentu," ucap Benny.
Hingga saat ini aparat terkait masih mengejar dua narapidana yang masih kabur yakni Shaun Edward Davidson alias Eddie Lonsdale alias Michael John Bayman Bin Eddi (33) dari Australia dan Tee Kok King Bin Tee Kim Sai (50) dari Malaysia.
Sedangkan dua lainnya yakni Dimitar Nikolov Iliev dari Bulgaria dan Sayed Mohammed Said dari India sudah ditangkap di Dili, Timor Leste dan saat ini tengah didalami Polda Bali.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017