Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah sebesar 28 poin menjadi
Rp13.320 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.292 per dolar Amerika
Serikat (AS).
"Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan terhadap dolar AS sejalan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Di sisi lain, lanjut dia, fokus pelaku pasar uang juga sedang tertuju pada inflasi Juni 2017 yang diperkirakan masih terjaga, meski tetap terbuka potensi kenaikan inflasi seiring dengan kenaikan tarif listrik.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data klaim pengangguran Amerika Serikat juga akan menjadi fokus para pelaku pasar uang, dengan data yang diperkirakan lebih buruk hasilnya dari periode sebelumnya tentu akan membebani pergerakan dolar AS, begitu pun sebaliknya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan terhadap dolar AS sejalan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang berada di level
rendah di tengah laporan persediaan minyak Amerika Serikat yang
diperkirakan terus bertambah mempengaruhi laju mata uang berbasis
komoditas.
Terpantau harga minyak jenis WTI
Crude berada di level 42,58 dolar AS per barel, dan Brent Crude di
posisi 44,86 dolar AS per barel.
Di sisi lain, lanjut dia, fokus pelaku pasar uang juga sedang tertuju pada inflasi Juni 2017 yang diperkirakan masih terjaga, meski tetap terbuka potensi kenaikan inflasi seiring dengan kenaikan tarif listrik.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data klaim pengangguran Amerika Serikat juga akan menjadi fokus para pelaku pasar uang, dengan data yang diperkirakan lebih buruk hasilnya dari periode sebelumnya tentu akan membebani pergerakan dolar AS, begitu pun sebaliknya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017