Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Taiwan mendorong pembentukan perwakilan Indonesia yang mengurusi bidang kerja sama pendidikan di Taiwan, karena jumlah pelajar Indonesia di Taiwan saat ini sudah mencapai 4.394 orang.

"Pada simposium Taipei 2017 di National Cheng Chi University (NCCU), Taiwan pada 23-25 Maret, akan dibahas tentang perwakilan bidang pendidikan atau Atase Pendidikan RI di Taiwan untuk meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara Indonesia den Taiwan" kata Ketua Panitia Simposium Taipei 2017, Ardila Putri, dalam surat elektronik yang diterima Antara di Denpasar, Senin.

Ia menjelaskan Simposium Taipei 2017 itu akan dibagi menjadi tiga agenda, yaitu simposium PPI Taiwan, simposium PPI Asia-Oseania, dan rapat besar PPI Asia-Oseania.

"Simposium Taipei 2017 akan membahas hubungan bilateral Indonesia-Taiwan (PPI Taiwan) dan pengembangan sektor pendidikan di Indonesia (PPI Asia-Oseania)," katanya.

Pada hari pertama Simposium Taipei 2017 akan mengagendakan Simposium PPI Taiwan dengan tema "Transformasi Hubungan Bilateral Indonesia-Taiwan: Retrospeksi dan Prospek Kerjasama di Masa Mendatang" yang dilatarbelakangi kebijakan baru pemerintah Taiwan, yaitu New South Bound Policy.

"Kebijakan Baru ke Arah Selatan (New South Bound Policy) itu merupakan kebijakan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan mendorong interaksi atau kerja sama bilateral dalam bidang industri, investasi, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan pertanian antara Taiwan dengan negara-negara ASEAN, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru," katanya.

Menurut mahasiswi International Master`s Program in Asia-Pacific Studies NCCU itu, kebijakan itu menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, karena itu Simposium PPI Taiwan akan mendiskusikan bersama pembicara yang kompeten di bidangnya dalam tiga panel yakni One China Policy Conundrum, hubungan ekonomi Indonesia-Taiwan, dan Education Diplomacy.

Pada hari kedua Simposium Taipei 2017 akan mengagendakan Simposium PPI Asia-Oseania dengan tema "Tantangan Meningkatkan `Revolusi Mental` di Sektor Pendidikan Indonesia pada Abad ke-21" yang juga dibagi dalam tiga panel yakni Pemetaan Sektor Pendidikan di Indonesia, Tantangan Global dan Regional dalam Meningkatkan Daya Saing SDM di Indonesia, serta Kontribusi Diaspora Indonesia.

"Beberapa narasumber yang diundang, diantaranya M. Imdadun Rahmat (Ketua Komnas HAM), Julian Aldrin Pasha (Ketua Departemen Politik Universitas Indonesia), Makarim Wibisono (Duta Besar RI di PBB 2004-2007), Arief Suditomo, Tirto Soeseno (Pengamat Politik UI), Intan Ahmad (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek-dikti), Ferdiansyah (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI), dan Akhyari Hananto (Founder Good News from Indonesia)," katanya.

Sementara itu, Koordinator PPI Asia-Oseania, Bagus Ari HaryoAnugrah, menjelaskan latar belakang pemilihan tema itu sejalan dengan kebijakan revolusi mental yang diterapkan oleh pemerintah sekarang di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

"Semoga simposium akan melahirkan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di masa mendatang," kata mahasiswa International School Of Capital Medical University, China itu tentang acara yang didukung oleh Bank Mayapada, Taiwan Economic and Trade Office (TETO), Institute of International Relation (IIR) NCCU, dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei itu. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Edy M Yakub

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017