Nusa Dua (Antara Bali) - Sekretaris Umum Pengurus Daerah Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) Bali, Gede Kusuma Wijaya, mengungkapkan rencana untuk mengubah strategi dan proyeksi Bali untuk menghadapi PON 2012 di Riau.

"Masalahnya berpangkal pada dana yang ada. Kami akan menitikberatkan pembinaan pada nomor-nomor yang paling potensial untuk mendulang prestasi utama," katanya kepada ANTARA di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Pada PON 2008 di Kalimantan Timur, atlet menembak Bali bisa berbicara di gelanggang nasional. Mereka adalah Putu Purwopradayoga, Yohanna, Ayu Pramita Suari, dan I Made Ferry. Oleh banyak pihak, mereka diprediksikan bisa semakin menanjak prestasinya pada masa depan.

Pada PON 2012 nanti, Bali menargetkan mendulang delapan medali emas dari semua nomor, baik perorangan ataupun beregu. Sejak beberapa tahun lalu, nomor tembak target berburu dihapuskan dari daftar nomor menembak yang dipertandingkan.

Guna meningkatkan kualitas latihan dan pembinaan fisik dan nonfisik atlet, Pengurus Daerah Perbakin Bali juga berencana memasukkan menu praktik yoga. "Yoga ini penting untuk menyeimbangkan ranah fisik dan nonfisik atlet, misalnya untuk meningkatkan daya konsentrasi," kata Wijaya.

Selain itu, katanya, latih tandang dan bertanding di luar Bali juga tidak jarang dilakukan, semisal berpartisipasi dalam kejuaraan daerah menembak di Jawa Timur. Nama-nama atlet menembak senior Bali, di antaranya Ketut Sudiana, Kadek Diana Putra, Ni Wayan Marika dan Cok Istri Amrita kerap ditampilkan.

Bahkan Istri Amrita merupakan peraih emas pada HUT ke-30 Kota Jakarta pada Juni 2010, yang tidak jarang membagikan pengalamannya kepada junior-juniornya.

Demi menjaring bibit atlet menembak sejak usia dini, kata Wijaya, pihaknya gencar berkampanye dan bekerja sama dengan sekolah-sekolah menengah pertama dan atas tentang pengertian olahraga menembak.

"Kalau memakai cara yang baik dan alat senjata yang bisa diadakan, mereka antusias sekali. Kami perkenalkan tata cara olahraga menembak ini dengan senapan angin biasa dulu," katanya.

Antusiasme murid-murid sekolah ini juga ditanggapi positif beberapa sekolah di Bali; bahkan satu sekolah menengah atas di Kabupaten Jembrana memasukkan olahraga menembak dengan senapan angin ini ke dalam aktivitas ekstra kurikulernya.

Di Jembrana menembak satwa liar memakai senapan angin jamak dilakukan warga, dan kesertaan Pengurus Daerah Perbakin Bali cukup mampu mengubah perilaku itu.

"Jika ada yang berprestasi baik, mulai dari sikap tembak dan capaian nilainya, kami juga memfasilitasi peralatanan menembaknya. Kami pinjamkan melalui klub menembak senjata yang sudah kelas kejuaraan, baik itu pistol atau senapan," katanya. Harga pistol angin kelas "match" diketahui sekitar Rp25 juta, sedangkan senapan angin "match" sekitar Rp30 juta.

Pada intinya, kata Wijaya, para calon atlet potensial ini sudah tahu standard pelaksanaan olahraga menembak sesuai aturan nasional dan internasional. "Makanya mereka kami latih secara benar, baik dari sisi aturan pertandingan maupun manajemen latihannya," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011