Denpasar (Antara Bali) - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Prof I Ketut Widnya PhD mengimbau umat Hindu di Tanah Air memaknai Hari Suci Siwaratri sebagai hari perenungan suci.

"Siwaratri mengajak kita merenungkan tentang masalah fundamental kemanusiaan. Apakah masalah yang paling mendasar dalam hidup kita, yakni siapakah `manusia` itu," kata Widnya, Kamis.

Ia mengatakan, dalam filsafat Hindu, manusia adalah atma, roh, spirit atau spiritual. Jadi, menurut filsafat Hindu, identitas manusia adalah atma, roh, spirit atau spiritual.

"Kalau kita mulai dari identitas manusia sebagai roh, maka kebutuhan kita yang paling utama adalah rohani atau spiritual, bukan hal-hal yang bersifat material. Itulah sebabnya Upanisad mengatakan, aham Brahman asmi, aku adalah rohani atau spiritual," kata dia.

Ia menambahkan, Brahman di sini bukan dalam pengertian Tuhan. Ada tiga pengertian tentang Brahman. Brahman sebagai aspek rohani, Brahman sebagai Dewa Brahma dan Brahman sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

"Tentu manusia yang terdiri dari aspek rohani dan jasmani, harus memenuhi kebutuhan hidupnya secara seimbang. Kebutuhan manusia tidak hanya material, tetapi juga spiritual. Kedua kebutuhan ini harus dipenuhi secara seimbang," katanya.

Mantan Ketua STAH Negeri Gde Pudja Mataram itu juga mengungkapkan, jika berangkat dari identitas manusia sebagai atma, maka kebutuhan manusia yang paling utama adalah rohani atau spiritual.

Dengan demikian, masalah fundamental manusia adalah masalah terpenuhinya kebutuhan rohaninya. Artinya, yang paling utama bagi manusia adalah memenuhi kebutuhan rohani dirinya sendiri.

"Sederhananya begini, kalau di pagi hari kita membutuhkan sarapan nasi untuk jasmani kita, lalu untuk rohani kita berikan apa? Ajaran-ajaran agama atau spiritual adalah makanan atma atau roh," katanya.

"Atma itu dipuaskan dengan doa, mantra dan praktek-praktek ajaran-ajaran agama atau spiritual. Inilah yang memuaskan sang diri," tegasnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017