Semen Baturaja pelopori penerapan silvikultur

Jakarta (Antara) - Semen Baturaja berkomitmen mewujudkan industri semen yang berkesinambungan dan ramah lingkungan dengan menerapkan rekayasa silvikultur di pabrik semennya.

Rekayasa silvikultur merupakan konsep rehabilitasi lingkungan area pabrik dengan cara menetralisir kadar racun yang timbul akibat eksploitasi industri dan kemudian menyuburkannya kembali.

"Seiring dengan pertumbuhan bisnis dan kapasitas produksi, kami berkomitmen untuk memberi kembali kepada alam melalui penerapan silvikultur di pabrik kami," ujar Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Rahmad Pribadi pada jumpa pers di acara IBDExpo 2017 di Jakarta, Rabu (20/9).

Penerapan rekayasa silvikultur ini, lanjut Rahmad, merupakan salah satu upaya perusahaan milik negara ini untuk mewujudkan praktik industri yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Penerapan praktik industri ramah lingkungan ini terwujud melalui kemitraan dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) berkat keberhasilannya menghijaukan Kabupaten Gunung Kidul yang sebelumnya gersang dan tandus, katanya.

"Kami memang produsen semen pertama yang menerapkan silvikultur, tapi kami berharap sejumlah BUMN semen lainnya dapat mengikuti langkah kami," kata Rahmad.

Perusahaan perseroan yang berdiri sejak 14 November 1974 ini terus mengembangkan bisnisnya dengan pasar utama berada di sekitar Sumatera Selatan dan Lampung serta wilayah-wilayah Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan stabil. 

BUMN yang sejak 14 Maret 2013 berstatus sebagai perseroan terbuka ini memiliki jaringan distributor produk di seluruh wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Jambi dan Bengkulu.
Pewarta : Primasatya
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2017