SDN Blang Sukon jadi percontohan Sekolah Ramah Gempa

SDN Blang Sukon jadi percontohan Sekolah Ramah Gempa

(kiri ke kanan) Kepala Cabang ACT Aceh Husaini Ismail, Kepala Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Syaiful M.pd dan Head of North Sumatera Zone PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), Herminwi saat meresmikan gedung baru SDN Blang Sukon, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Aceh, Kamis (24/8) (Antara)

Pidie Jaya (Antara) SDN Blang Sukon di Pidie Jaya, Aceh, menjadi sekolah percontohan ramah gempa. Sekolah yang sempat hancur ketika gempa bumi terjadi pada Desember 2016 itu kini memiliki konstruksi yang bisa meminimalisir jatuhnya korban ketika gempa bumi datang.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya Saiful berharap, keberadaan ruang kelas yang ramah dapat membuat anak-anak yang jadi korban gempa bumi kembali fokus pada pendidikan yang dijalani. Bangunan ramah gempa juga dipercaya mampu mengembalikan motivasi anak dari trauma.

"Dulu setelah gempa bumi banyak anak yang tak mau sekolah. Tapi kalau sudah ada tempat belajar yang nyaman dan ramah gempa, mereka bisa kembali menempuh pendidikan seperti dulu," ujar Saiful ketika ditemui di sela-sela Syukuran dan Peresmian SDN Blang Sukon, Kamis (24/8).

Ia melanjutkan, dalam beberapa bulan ke depan pihaknya kembali menguji kelayakan bangunan sekolah. Kalau hasilnya tetap sama, maka pihaknya akan menjadikannya sebagai sekolah percontohan dalam pembangunan ramah gempa.

Pembangunan ruang kelas serta sarana pendukung belajar lainnya di SDN Blang Sukon merupakan bagian dari program pemulihan pascabencana gempa Aceh yang diinisiasi PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Head of North Sumatra Zone Sampoerna Herminwi mengatakan, pihaknya turut prihatin dan berduka atas musibah bencana gempa Aceh yang merusak banyak infrastruktur sekolah. Kami berkomitmen untuk senantiasa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, jelasnya.

Gempa bumi pada Desember 2016 telah menghancurkan sekitar 160 bangunan sekolah, mulai tingkat TK sampai SMA. Jumlah itu cukup banyak mengingat wilayah tersebut hanya memiliki 232 sekolah.

Kolaborasi dengan ACT sendiri sudah dilakukan sejak melakukan evakuasi, melayani korban dan pengungsi. Kini, sebanyak 150 siswa dan 24 guru di sekolah tersebut bisa tersenyum lega. Mereka bisa kembali belajar di tempat yang layak.

 
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2017