Chicago (Antara Bali) - Emas berjangka di divisi COMEX New York
Mercantile Exchange berakhir sedikit menguat pada Selasa (Rabu pagi
WIB), karena pelemahan dolar AS memberi dukungan terhadap logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus naik 1,3
dolar AS atau 0,10 persen, menjadi menetap di 1.320,80 dolar AS per
ounce.
Emas mendapat dukungan karena indeks dolar AS turun 0,07 persen
menjadi 97,19 pada pukul 16.45 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar
terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika
dolar turun maka emas berjangka akan naik karena emas yang diukur dengan
dolar menjadi lebih murah bagi investor.
Namun, logam mulia berada di bawah tekanan ketika laporan yang
dirilis pada Selasa oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan penjualan
rumah baru meningkat 3,5 persen menjadi 592.000 unit selama Juni.
Para analis mencatat bahwa data penjualan rumah baru itu tidak hanya
lebih baik dari yang diperkirakan, tetapi juga merupakan tingkat
tertinggi sejak Februari 2008.
Persiapan dan pemosisian menjelang pengumuman hasil pertemuan
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu juga menempatkan tekanan
pada emas.
Para pedagang percaya bahwa Fed akan menunda kenaikan suku bunga
yang sebelumnya diperkirakan Juli hingga 2017. Risalah pertemuan Fed
sebelumnya menyebabkan pedagang yakin bahwa Fed akan menaikkan suku dari
0,50 persen menjadi 0,75 persen selama pertemuan FOMC Desember.
Investor sedang menunggu laporan pesanan barang tahan lama yang
akan dirilis pada Rabu bersama dengan pengumuman FOMC. Sementara itu,
Kamis akan memiliki laporan perdagangan barang internasional, serta
klaim pengangguran mingguan, dan Jumat akan melihat rilis laporan produk
domestik bruto.
Perak untuk pengiriman September naik 3,6 sen, atau 0,18 persen,
menjadi ditutup pada 19,683 dolar AS per ounce. Platinum untuk
pengiriman Oktober naik 10,6 dolar AS, atau 0,97 persen, menjadi ditutup
pada 1.099,00 dolar AS per ounce. Demikian laporan Xinhua. (WDY)
Emas Naik Tipis Setelah Dolar AS Melemah
Rabu, 27 Juli 2016 7:41 WIB