Manila (Antara Bali) - Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina Selatan
akhirnya membebaskan sepuluh warga negara Indonesia, Minggu, mengakhiri
drama penyanderaan yang sudah berlangsung selama satu bulan itu.
Kelompok pemberontak tersebut sebelumnya telah memenggal kepala
seorang warga Kanada setelah tenggat waktu tuntutan tebusan sudah
terlewati.
Menurut keterangan kepala kepolisian Pulau Jolo, sepuluh WNI
tersebut yang merupakan awak kapal tunda Brahma 2 milik perusahaan
Taiwan, dibawa ke rumah gubernur Sulu dan kemudian dibawa ke pangkalan
militer Filipina.
"Mereka terlihat kelelahan, tapi tetap bersemangat," kata Junpikar Sitin, kepala polisi setempat.
Pihak kepolisian maupun militer Filipina mengatakan bahwa belum
jelas apakah ke-10 WNI tersebut dibebaskan setelah membayar tebusan yang
diminta.
Namun belum diketahui nasib empat WNI lainnya yang juga disandera
oleh kelompok Abu Sayyaf, tapi yang berasal dari faksi berbeda.
Dengan dibebaskannya sepuluh WNI tersebut, kelompok Abu Sayyaf yang
dikenal brutal dan sering melakukan penyanderaan untuk mendapatkan dana,
masih menahan 13 lainnya, diantaranya empat warga Malaysia, Jepang,
Belanda, Kanada, Norwegia dan Filipina.
John Ridsdel, 68 tahun, seorang warga Kanada yang merupakan pejabat
perusahaan tambang, dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf Senin lalu.
Ridsdel beserta tiga orang lainnya, disandera sejak tiga bulan lalu di sebuah kawasan resor di Filipina selatan.
Potongan kepala Ridsdel ditemukan di dalam sebuah kantong plastik
hanya beberapa jam setelah tenggat waktu yang ditentukan telah
terlewati.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengutuk aksi tersebut
sebagai "pembunuhan berdarah dingin" dan mendesak negara-negara yang
warga mereka jadi korban sandra agar tidak membayar tebusan.
Tuntutan yang diminta untuk pembebasan Ridsdel adalah 300 juta peso atau 6,41 juta dolar AS.
Sementara itu Presiden Filipina Benigno Aquino bertekad untuk
mengerahkan seluruh tenaga untuk menghancurkan kelompok militan tersebut
sebelum mengakhiri jabatan dua bulan mendatang.
Tapi kuatnya jaringan kelompok tersebut memberikan tantangan berat
bagi sekitar 2.500 tentara Filipina yang dikerahkan untuk menghancurkan
mereka.
Besarnya bisnis kelompok Abu Sayyat membuat mereka mampu memiliki
perahu berkecapatan tinggi, senjata dan alat komunikasi canggih.
Kelompok Abu Sayyaf juga tidak kesulitan untuk merekrut anggota yang berasal dari warga miskin dan pengangguran.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina dan Malaysia dijadwalkan
bertemu di Jakarta pekan ini untuk membahas keamanan jalur kapal di
perairan antara ketiga negara tersebut, demikian Reuters. (WDY)
Kelompok Abu Sayyaf Bebaskan 10 WNI
Minggu, 1 Mei 2016 18:59 WIB