Umat Hindu Dharma di Bali mulai bersiap-siap menyongsong Hari Suci Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (Keburukan), yang jatuh pada hari Rabu, 10 Februari 2016.
Seminggu menjelang hari suci itu, wanita Bali sudah mulai mempersiapkan diri membuat rangkaian janur maupun kue kering untuk kombinasi kelengkapan ritual.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, mereka mengemban tugas penting untuk menyukseskan berbagai kegiatan ritual dan upacara adat, termasuk Galungan yang tinggal beberapa hari lagi.
Berbagai kebutuhan pokok dan keperluan ritual menjelang hari suci seperti hari raya sebelumnya mengalami peningkatan harga yang tajam, namun kali ini pemerintah Provinsi dan Kabupaten di Bali secara terkoordinasi menggelar kegiatan pasar murah sebagai upaya menekan lonjakan harga.
"Lewat pasar murah yang digelar di sejumlah tempat di delapan kabupaten dan satu kota di Bali diharapkan mampu menstabilkan harga kebutuhan bahan pokok, sekaligus mengendalikan inflasi," tutur Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang juga ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bali.
Pemerintah Kabupaten Gianyar misalnya menggelar pasar murah menjual berbagai jenis kebutuhan bahan pokok guna mengantisipasi kenaikan harga menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, hari raya besar bagi umat Hindu.
Pasar murah berlangsung di halaman Kantor Bupati setempat, mendapat perhatian besar dari masyarakat umum, termasuk karyawan di lingkungan instansi pemerintah.
Mereka membeli segala keperluan yang berhubungan dengan Hari Raya Galungan, sebab harga yang diberikan rata-rata dibawah harga pasar umum.
Para pedagang di pasar murah sekaligus sebagai petani yang selama ini menanam, memanen hingga menjual.
Komoditas yang dijual antara lain beras kualitas medium seharga Rp10.000 per kg, gula pasir impor Rp12.000 per kg, bawang merah Rp23.000 per kg (Malang), bawang putih Rp25.000 per kg.
Selain itu juga menjual janur, kue dan berbagai jenis buah-buahan serta keperluan Hari Raya Galungan lainnya.
Anak Agung Tatik, salah seorang PNS yang membeli berbagai perlengkapan Galungan mengaku senang dengan adanya pasar murah di halaman Kantor Bupati Gianyar.
Selain tidak perlu lagi ke pasar umum berdesak-desakan, harga juga lebih murah.
Tekan spekulasi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati, yang juga Wakil Ketua TPID Provinsi Bali mengharapkan lewat kegiatan pasar murah menjelang Tahun baru Imlek, Hari Raya Galungan dan Kuningan mampu menekan spekulasi pedagang yang memanfaatkan momentum hari raya untuk menaikkan harga.
Selain itu dapat menjaga ekspektasi masyarakat sebagai konsumen agar lebih bijak dalam berbelanja dan menghindari sifat spekulatif dari pedagang memanfaatkan momen hari raya menaikkan harga.
Demikian pula ingin memberikan rasa tenang kepada masyarakat dengan menjaga tingkat harga.
Untuk itu pasar murah yang melibatkan instansi terkait, termasuk penyaluran berbagai kebutuhan bahan pokok menekankan upaya menjaga stabilitas harga dan inflasi dengan menjual sejumlah komoditas yang rentan mengalami kenaikan di saat terjadi peningkatan permintaan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Ni Wayan Kusumawathi, mengakui harga sejumlah kebutuhan pokok di kabupaten/kota di Bali stabil menjelang hari raya besar umat Hindu.
Hasil pemantauan yang dilakukan setiap hari menunjukkan harga kebutuhan pokok masih stabil. Sejumlah pedagang menjual kebutuhan berkaitan dengan Hari Raya Galungan menjelaskan bahwa harga daging babi di Pasar Kreneng masih stabil mencapai Rp50 ribu per kilogram.
"Harganya masih biasa atau belum naik, tetapi biasanya naik H-2 Galungan. Harga daging sapi kualitas satu malah mengalami penurunan sebesar Rp1.000 dari sebelumnya Rp95 ribu kini mencapai Rp94 ribu per kilogram," katanya.
Sementara itu, masyarakat Bali yang bermukim di kota maupun pedesaan mulai sibuk melakukan persiapan yang sama menyambut Galungan, yang pria dalam satu keluarga sudah memotong bambu dan bagi masyarakat kota membeli bambu dan ambu (enau) untuk hiasan penjor yang nantinya dipajang di depan pintu masuk keluarga masing-masing.
Namun berbagai jenis peralatan penjor (bambu yang dihias) itu sudah ada yang menjualnya secara lengkap di pasar, sehingga kebanyakan warga membeli modifikasi peralatan penjor yang terbuat dari lontar.
Kelengkapan satu set penjor berkisar Rp150.000 - Rp1 juta tergantung ukuran dan aneka jenis hiasan. Dengan kelengkapan modifikasi itu lebih praktis, karena hanya tinggal mengikat pada bambu sudah rampung, berbeda halnya dengan menggunakan enau atau janur yang memerlukan waktu lebih lama untuk menghias bambu menjadi penjor.
Sementara yang perempuan, baik remaja putri maupun ibu rumah tangga, sejak awal pekan ini telah memanfaatkan waktu luangnya untuk merangkai janur (mejejahitan) guna dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sanghyang Widhi Wasa, saat Hari Raya Galungan maupun Kuningan.
Tidak ketinggalan pula ibu rumah tangga yang bekerja di perkontaran pemerintah, swasta termasuk wanita karier, memanfaatkan waktu senggang pada malam hari membuat bebantenan dan perlengkapan upacara keagamaan lainnya.
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Neger (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi menjelaskan, wanita Bali memang sejak kecil telah terlatih membuat banten berkat orang tua selalu melibatkan anak perempuan dalam membuat sesaji upacara ritual.
Metode mendidik anak belajar sambil bekerja sangat efektif dan menunjukkan hasil gemilang, sehingga wanita Bali tidak pernah berkeluh kesah dalam menunaikan tugas serta kewajibannya.
Dengan keluguan mengarungi kehidupan, wanita Bali sanggup beradaptasi dengan perempuan modern. Mereka juga menjadi objek dan inspirasi bagi seniman lukis dalam menciptakan karya seni di atas kanvas. (WDY)
Gebyar Pasar Murah Sukseskan Galungan Di Bali
Minggu, 7 Februari 2016 14:21 WIB