Jakarta (Antara Bali) - Pengamat ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi
Manado Agus Tony Poputra mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau
BI rate seharusnya diturunkan untuk mengatasi inflasi.
"Kebijakan
Bank Indonesia untuk mempertahankan BI rate yang tinggi saat laju
inflasi cenderung melemah merupakan keputusan yang kurang bijak,"
katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut
Agus, pada Januari 2015 diperkirakan akan terjadi inflasi negatif atau
deflasi terkait penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan harga bahan
makanan.
Dengan demikian, ujar dia, jika BI mempertahankan BI
rate pada tingkat tinggi saat kondisi potensi inflasi rendah, maka bila
terjadi inflasi tinggi pada masa mendatang BI akan kehilangan ruang
untuk menaikkan kembali BI rate karena sudah terlampau tinggi.
"Bila
dipaksakan, maka bunga kredit akan semakin tinggi. Tingkat inflasi yang
tinggi tahun 2014 lalu sesungguhnya disebabkan oleh dorongan faktor
biaya karena kenaikan harga BBM subsidi," katanya.
Dalam kondisi
tersebut, ia berpendapat bahwa pemerintah semestinya melakukan
kebijakan "supply side" (sisi pasokan) untuk mendorong suplai barang
yang terdapat di pasar.
"Bukan malah melalui kebijakan moneter BI
dengan menaikkan BI rate. Ini akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi,"
katanya dan mengingatkan bahwa pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi
Indonesia kembali melemah.
Sebagaimana diwartakan, Bank Indonesia
mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) 7,75 persen, meskipun tekanan
inflasi menurun setelah harga bahan bakar minyak pada 1 Januari 2015
turun, bahkan diperkirakan harga minyak dunia yang akan terus berada
pada level rendah.
"Jika harga BBM terus turun akan memberikan
sumbangan deflasi terhadap harga barang pada 2015. Diperkirakan dampak
penurunan harga minyak dari yang sebelumnya berkisar 100 dolar AS per
barel sekarang 50 dolar AS per barel akan miliki dampak positif pada
inflasi," kata Direktur Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Juda
Agung di Jakarta, Kamis (15/1).
Bank Indonesia melalui Rapat
Dewan Gubernur (RDG) Kamis mempertahankan BI Rate sebesar 7,75 persen
sejak 18 November 2014 saat otoritas moneter merespon kebijakan
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000.
Sementara
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai keputusan Bank Indonesia
untuk mempertahankan suku bunga acuan pada 7,75 persen sudah tepat,
meskipun tekanan inflasi diperkirakan mulai menurun. "Saya kira sudah
pas keputusannya," ujarnya singkat saat ditemui di Jakarta, Kamis
(15/1).
Bambang menambahkan dalam kondisi perekonomian dalam
negeri yang masih rentan terhadap tekanan eksternal, hal terbaik yang
dapat dilakukan dalam jangka waktu dekat adalah menjaga stabilitas
fundamental ekonomi.(WDY)
Pengamat: Suku Bunga Acuan BI Harus Diturunkan
Jumat, 23 Januari 2015 16:14 WIB
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI rate yang tinggi saat laju inflasi cenderung melemah merupakan keputusan yang kurang bijak,"