“Ada risiko yang nyata dari reorientasi konsumsi bahan bakar fosil, hal-hal yang menyebabkan pamanasan global dan perubahan iklim yang sangat akut,†ujar Segolene Royal di sela-sela konferensi energi di Abu Dhabi.
Royal mengatakan kepada AFP bahwa tantangan untuk beralih ke bentuk energi yang lebih ramah lingkungan “terlalu besar untuk diatasi.â€
“Kita harus mengambil keputusan strategis, fiskal dan pengaturan untuk memastikan bahwa penurunan (harga minyak) ini... bisa memberikan fleksibilitas baru untuk berinvestasi dalam energi terbarukan dan penghematan energi,†tambahnya.
Komentar Royal muncul setelah harga minyak mentah turun hingga lebih dari setengahnya sejak Juni, meningkatkan kehawatiran kemunduran penggunaan energi terbarukan.
Uni Emirat Arab menyampaikan harapan serupa dengan Royal bahwa keterjangkauan minyak tidak akan merusak dorongan energi yang berkelanjutan.
“Sektor tersebut telah melewati tahap ketika terkena dampak dari harga minyak,†ujar Sultan al-Jaber, menteri UEA.
Investasi global dalam energi terbarukan naik dari 16 persen tahun lalu, mencapai 310 miliar dolar Amerika (sekitar Rp3,92 kuadriliun).
Royal mengatakan dia “cukup optimistis†bahwa energi terbarukan akan terus tumbuh meski menghadapi tekanan pasar.(WDY)