Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengusulkan agar panitia penyelenggara ritual keagamaan di perdesaan tidak menyamaratakan besaran iuran yang dikenakan kepada warganya.
"Para penyelenggara upacara di desa, hendaknya diperhatikan warganya yang memang tidak mampu, jangan disamaratakan," katanya di sela-sela dialog yang bertajuk `Apakah Upacara Agama Mempengaruhi Kemiskinan di Bali`, di Denpasar, Kamis.
Ia menyayangkan pengenaan iuran upacara yang selama ini sama rata, padahal jelas-jelas di desa bersangkutan ada warga yang tidak mampu.
"Bagi yang mampu hendaknya menolong yang tidak mampu," ujarnya.
Menurut dia, terkait tema dialog tersebut penting untuk dibicarakan supaya persoalan tidak menjadi berlarut-larut dan juga berputar menjadi bola liar.
Sebelumnya berdasarkan hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada September 2014, disampaikan bahwa dari kelompok orang Bali yang miskin di wilayah perdesaan, ternyata pengeluaran kedua yang tertinggi untuk kelompok non-makanan adalah upacara.
"Saya undang para tokoh untuk berbicara ini karena sesungguhnya tidak ada hubungan sama sekali secara langsung. Hanya pada pelaksanaannya dipertimbangkan kembali sesuai dengan kemampuan kita," katanya.
Pastika mengatakan karena dirinya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat, sehingga sudah menjadi kewajibannya untuk meminta pendapat para ahli dan mendiskusikan terkait hal tersebut.
Sementara itu, Ketua Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Ketut Wiana berpandangan bahwa sesungguhnya untuk menggelar ritual keagamaan di Bali tidak membutuhkan biaya yang besar apabila didasari pemahaman agama.
Dia berpandangan, selama ini masih ada umat yang melaksanakan ritual tanpa pemahaman dan terkesan jor-joran. Selain itu, sebenarnya yang paling penting dalam pelaksanaan ritual juga disisihkan punia untuk pendidikan.
"Bahkan dalam salah satu bagian Weda disebutkan bahwa lebih tinggi nilainya melahirkan satu putra suputra dibandingkan 100 kali upacara," ujarnya.
Di sisi lain, Wiana tidak menyampingkan bahwa sudah mulai terlihat kesadaran masyarakat untuk kembali pada sastra agama sesuai dengan kemampuan masing-masing. (WDY)
Pastika Usulkan Iuran Ritual Keagamaan Tidak Disamaratakan
Kamis, 8 Januari 2015 15:56 WIB