Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah dalam transaksasi antarbank
di Jakarta, Kamis pagi, melemah 22 poin menjadi Rp12.147 dibandingkan
posisi sebelumnya Rp12.125 per dolar AS.
"Kombinasi sentimen negatif dari luar dan dalam negeri menjadi
faktor mata uang rupiah kembali tertekan. Pemulihan ekonomi Amerika
Serikat, penarikan stimulus quantitative easing dan kenaikan suku bunga AS (Fed rate)
masih menjadi sentimen utama di pasar keuangan dalam negeri," kata
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, kondisi itu cenderung membuat mata uang dolar AS
dilirik investor sebagai aset lindung untuk menjaga nilai, sehingga tren
penguatan dolar AS masih akan terus berlanjut.
Secara kebetulan, lanjut dia, kondisi di dalam negeri belum cukup
mendukung untuk menopang mata uang rupiah. Situasi politik di dalam
negeri yang dinilai kurang stabil menjadi salah satu penyebab mata uang
rupiah mengalami tekanan.
Ia menambahkan, meski terdapat ekspektasi positif pada inflasi
serta defisit yang cenderung mengecil, namun belum cukup menopang mata
uang rupiah untuk kembali pada area positif.
"Diharapkan, inflasi dalam negeri masih tetap terjaga dan defisit
neraca perdagangan dapat terus ditekan sehingga mampu menahan koreksi
rupiah lebih dalam," ujarnya.
Analis Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada
menambahkan dolar AS masih terapresiasi merespons pelemahan yen Jepang
dan euro. Data-data ekonomi Jepang masih menunjukkan perlambatan,
sementara negara-negara Eropa juga mengalami perlambatan manufaktur.
"Diharapkan, pelaku pasar masih merespons positif dari dalam negeri
terkait dengan belum akan adanya perubahan suku bunga Bank Indonesia
(BI rate) sehingga mampu menahan pelemahan rupiah," katanya. (WDY)
Nilai Tukar Rupiah Rp12.147 Per Dolar
Kamis, 2 Oktober 2014 11:04 WIB