Bandung (Antara Bali) - Perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi
elpiji 3kg perlu mendapat pengawasan, karena menjadi salah satu faktor
risiko inflasi.
"Ada perubahan perilaku masyarakat dalam
penggunaan elpiji 3kg, terutama dalam mengantisipasi kenaikan harga
elpiji 12kg. Perlu pengawasan untuk mencegah kelangkaan pasokan elpiji
bersubsidi itu," kata Deputi Kepala Perwakilan Kantor BI Wilayah VI Jawa
Barat (Jabar) Nita Yosita, di Bandung, Kamis.
Ia menyebutkan, berbagai faktor risiko inflasi di Jabar masih cukup
tinggi sehigga membutuhkan peran aktif tim pengendali inflasi daerah
untuk mengahadapi inflasi berada di kisaran sasarannya.
Pengawasan yang perlu dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID) dan pemerintah daerah lainnya dalam kelancaran pasokan dan
distribusi bahan pangan, antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi tahun
2014 dan menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi pangan.
"Berdasarkan perkembangan terakhir, kami memperkirakan inflasi
Jabar pada 2014 dalam kondisi normal berada pada kisaran 4,5 persen plus
minus satu persen," kata Nita.
Lebih lanjut ia menyebutkan, inflasi Jabar hingga triwulan 2014
masih menunjukkan tren penurunan. Inflasi Jabar pada triwulan III
mencapai 3,86 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan II
2014 sebesar 6,08 persen dan inflasi nasional 4,53 persen.
"Capaian inflasi di Jabar ini disebabkan salah satunya terkendali
beberapa harga komoditas pangan yang sering bergejolak dan menunjukkan
ketersediaan dan keterjangkauan stok pangan di Jabar masih cukup,"
katanya.
Ia menyebutkan, meski ada kenaikan harga yang diatur pemerintah
seperti kenaikan tarif angkutan, kenaikan elpiji 12kg dan tarif dasar
listrik, dampak terhadap inflasi di Jabar relatif minimal. (WDY)
BI: Perubahan Perilaku Konsumsi Elpiji Perlu Pengawasan
Kamis, 2 Oktober 2014 9:26 WIB