Jakarta (Antara Bali) - Indonesia dinilai layak sebagai salah satu
pilihan untuk menjadi simpul pembagi jaringan internet (Hub Internet)
global karena didukung potensi pengguna internet dengan trafik yang
besar, kata Guru Besar STEI ITB Suhono Harso Supangkat.
"Selama ini hub trafik ke jaringan internet global untuk Asia ada
di Singapura, Hong Kong, atau Jepang. Padahal, Indonesia layak dan mampu
sebagai Hub kalau melihat potensi pasar dan pertumbuhan trafik internet
lima tahun belakangan ini," kata Suhono Harso Supangkat di Jakarta,
Rabu.
Menurut Suhono, pengguna internet di Indonesia selama tahun 2013
mencapai 71,19 juta atau melonjak 13 persen dibandingkan tahun 2012
sebesar 63 juta pengguna.
"Pengguna internet terus tumbuh dua digit, pastinya trafik keluar
kian besar. Bayangkan operator kita ramai-ramai bangun link ke
Singapura, padahal kita bisa juga menembus langsung ke Amerika Serikat,"
ujarnya.
Ia menjelaskan Indonesia sudah memiliki backbone kabel laut dan
serat optik cukup kuat, ditambah akan selesainya proyek
Sulawesi-Maluku-Papua Cable System (SMPCS) Telkom.
"Link sudah ada tinggal diteruskan ke luar Indonesia, bisa melalui
Manado, Filipina, Guam, setelah itu ke Amerika Serikat. Hub ini penting
dan strategis bagi Indonesia, masa harus ke negara tetangga dulu baru ke
Amerika Serikat," katanya.
Menurut catatan, PT Telkom pada 7 Maret 2014 telah bergabung dengan
konsorsium South East Asia - Middle East -Western Europe 5 (SEA-ME-WE
5) yang menghubungkan Indonesia ke negara-negara belahan Barat. Telkom
juga telah tergabung dikonsorsium kabel laut Asia America Gateway (AAG),
South East Asia Japan Cable System (SJC), Batam Singapore Cable System
(BSCS), Dumai Malaka Cable System (DMSC), dan
Thailand-Indonesia-Singapore (TIS).
Operator telekomunikasi "pelat merah" ini juga tengah menyelesaikan
proyek SMPCS yang menelan investasi kurang lebih Rp1,7 triliun.
Proyek SMPCS mencakup penggelaran kabel laut sepanjang 5.444 km dan
kabel darat sepanjang 655 km yang menggunakan teknologi Dense
Wavelength Division Multiplexing (DWDM) guna menghadirkan jaringan
dengan kapasitas bandwidth 32x100 Gigabytes per fiber pair-nya. Proyek
ini diperkirakan beroperasi penuh pada 2015 mendatang.
Di tengah investasi yang besar, Telkom ternyata mampu menunjukkan
peningkatan operasional pada semester I 2014 ditandai dengan pendapatan
Rp43,54 triliun tumbuh 8,4 persen dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara keuntungan semester I 2014 mencapai Rp7,411
triliun, naik 4 persen dibandingkan periode sama tahun 2013 sebesar
Rp7,125 triliun.
Dari sisi performa saham Telkom di pasar modal, pada semester I 2014 juga mencatat hasil yang memuaskan.
Harga saham Telkom saat ini (26 Agustus 2014) menyentuh angka
Rp2.785 per lembar, melonjak 48 persen dibandingkan harga saham Telkom
pada akhir tahun 2012. (WDY)
ITB: Indonesia Bisa Jadi "Hub Internet" Global
Rabu, 27 Agustus 2014 13:50 WIB