London (Antara Bali) - Peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi
tahun 2001, Joseph Eugene Stiglitz, mengemukakan bahwa negara berkembang
termasuk Indonesia perlu bersiap menghadapi krisis ekonomi global
mendatang.
Hal itu disampaikan Joseph Eugene Stiglitz kepada Asisten Direktur pada
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Muslimin Anwar,
usai mengikuti 5th Lindau Meeting on Economic Sciences di Lindau,
Jerman.
Muslimin Anwar adalah sebagai wakil Indonesia dalam pertemuan ekonom sedunia bersama para pemenang hadiah Nobel tersebut.
Stiglitz
menyebutkan negara maju tidak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan
domestiknya saja dalam mengambil kebijakan ekonomi.
Hal itu menurut Stiglitz terbukti dalam satu dasa warsa terakhir yang berakibat buruk bagi perekonomian dunia.
Contohnya, menurut Stiglitz, adalah kasus sub-prime mortgage 2008 di
Amerika Serikat dan krisis keuangan dan fiskal di Eropa semenjak 2010,
yang telah menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dunia.
Muslimin Anwar kepada Antara, Senin, mengatakan bahwa ia sependapat dengan Stiglitz.
Indonesia,
menurut dia, harus mengerjakan reformasi struktural dengan meningkatkan
daya saing ekspor dan kemandiriaan ekonomi guna membawa defisit
transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.
Menurut Stiglitz, negara berkembang termasuk Indonesia diperkirakan akan
terkena dampak buruk dari kebijakan moneter bank sentral AS, apabila
Fed Fund rate dinaikkan di masa yang akan datang.
Namun, Stiglitz mengemukakan suku bunga Fed Fund rate tidak dinaikkan dalam waktu dekat.
Banyak kalangan memperkirakan bahwa Fed baru akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal ke-2 tahun 2015.
Stiglitz menilai bahwa Federal Reserves tetap akan menjaga agar suku bunga acuannya rendah.
Lebih lanjut Stiglitz menyebutkan negara berkembang termasuk Indonesia
perlu segera mempertimbangkan untuk menggunakan capital control dan
menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial/capital
account yang baik (capital control management technique).
Dikatakannya,
negara berkembang yang memiliki cadangan devisa yang besar dan neraca
transaksi modal dan finansial (capital account) yang terkelola dengan
baik akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menghadapi
berbagai tekanan ekonomi global seperti kenaikan suku bunga Fed Fund
rate dan krisis ekonomi global sekalipun.
Namun demikian, Stiglitz mengungkapkan bahwa kebijakan bank sentral AS
dalam menaikkan suku bunga acuannya tidak dapat sepenuhnya dipandang
sebagai zero sum game, tempat negara maju akan diuntungkan dan negara berkembang akan dirugikan.
Stiglitz menekankan yang diperlukan dunia saat ini adalah kerjasama
moneter secara mendunia (global monetary cooperation) karena apa yang
diputuskan dan menjadi kebijakan ekonomi negara-negara maju ternyata
telah dan akan terus mempengaruhi negara-negara lainnya di dunia.
Hal ini tidak pernah diperhatikan oleh negara-negara maju pada masa lalu.(WDY)
Saran Peraih Nobel Joseph Stiglitz untuk Indonesia
Senin, 25 Agustus 2014 8:05 WIB