Jakarta (Antara Bali) - Harga bahan bakar minyak bersubsidi dianggap ideal pada level
Rp9.000 per liter, di mana anggaran subsidinya bisa dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur, kata Ekonom Bank Standard Chartered Fauzi
Ichsan.
"Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla harus menaikkan harga BBM
bersubsidi, terlebih program infrastruktur mereka sangat ambisius. Total
kenaikannya ideal pada 30 persen hingga 40 persen dari harga sekarang,"
ujar Fauzi Ichsan di Jakarta, Rabu.
Fauzi mengatakan, saat ini Indonesia memproduksi sekitar 800 ribu
barel minyak mentah per hari dengan kebutuhan konsumsi mencapai 1,5 juta
barel per hari, sehingga pemerintah perlu mengimpor BBM sebesar 700
ribu barel per hari.
Pemerintah harus membayar harga minyak internasional untuk mengimpor
700 ribu barel per hari dengan harga sekitar Rp11.500 per liter dan di
jual sebesar Rp6.500 per liter kepada masyarakat Indonesia.
Jadi, lanjutnya, terdapat selisih antara harga internasional dan
harga domestik sebesar 45 persen, yang selama ini disubsidi pemerintah
dari penerbitan surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN).
"Tentunya, dengan selisih 45 persen ini susah bagi pemerintah
manapun untuk menutupnya di saat bersamaan. Jadi, mungkin idealnya
adalah total kenaikan 30 persen hingga 40 persen atau subsidi yang
ditanggung pemerintah ditetapkan Rp2.500 per liter. Jadi harga idealnya
Rp9.000 per liter," kata Fauzi.
Dalam menaikkan harga BBM, kata Fauzi, ada baiknya dilakukan melalui
dua tahap, yakni kenaikan 20 persen pertama pada akhir pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan 20 persen berikutnya dilakukan
oleh Pemerintahan Jokowi.
"Terdapat wacana demikian, agar tidak terlalu berat saat menaikkan
harganya pada pemerintahan Jokowi. Indonesia perlu belajar dari negara
lain, sepeti India dan Vietnam yang memangkas subsidi BBMnya," kata
Fauzi.
Sementara itu, Ekonom Bank Standard Chartered Eric Sugandi
menambahkan bahwa dampak yang akan terjadi terhadap kenaikan 40 persen
harga BBM tersebut hanya akan terjadi selama tiga bulan kemudian akan
hilang.
"Jadi masyarakat kelihatannya juga ekspektasinya lebih baik.
Kalaupun inflasi naik menjadi delapan persen, hal itu akan normal
kembali. Jadi itu hanya efek awalnya dan efek selanjutnya akan lebih
rendah," ujar Eric. (WDY)
Ekonom: Harga BBM Ideal Rp9.000/Liter
Kamis, 24 Juli 2014 7:24 WIB