Larantuka, Flores
Timur (Antara Bali) - Tim Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi
Dampak di Alor dan Flores Timur menuntaskan ekspedisinya sejak 13 Maret
2014, di perairan Desa Watowiti Tiwatobi, Flores Timur yang menjadi
lokasi penyelaman ke-38, Selasa (1/4).
"Tim telah melakukan sampling di 75 titik selama ekspedisi," kata
Koordinator Lapangan Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di
Alor dan Flores Timur, Nara Wisesa kepada ANTARA News di Larantuka, Rabu.
Ia menjelaskan tim telah melakukan pemantauan populasi ikan dan
tutupan karang di 22 lokasi perairan Kabupaten Alor dan Pantar, empat
lokasi di Solor, dan sisanya di Flores Timur
Ekspedisi itu, dilakukan oleh tim gabungan dari organisasi konservasi World Wide Fund for Nature (WWF), Wildlife Conservation Society
(WCS) Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor dan Kabupaten Flores Timur
menggunakan Kapal Layar Motor FRS Menami milik WWF Indonesia.
Ia menjelaskan sebelumnya WWF Indonesia telah melakukan pemantauan
terumbu karang di Alor dan Flores Timur dengan metode penelitian yang
hampir sama.
Akan tetapi, kata Nara yang juga Program Monitoring & Evaluation Officer WWF Indonesia itu, ekspedisi kali ini berbeda dari pemantauan sebelumnya.
"Monitoring ini untuk baseline sehingga akan ada follow up
setiap dua tahun sekali. Ini yang membedakan ekspedisi ini dengan
pemantauan sebelumnya yang pernah dilakukan. Titik lokasi yang diambil
juga tidak berubah nantinya untuk dievaluasi," kata Nara.
Perbedaan lainnya, katanya, pemantauan dalam ekspedisi ini juga
dilakukan di luar kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) sebagai
perbandingan kondisi di dalam dan di luar kawasan untuk mengukur
efektivitas dan dampak dari penempatan kawasan.
Ia menjelaskan pemantauan di luar wilayah KKPD dalam ekspedisi,
dilakukan di perairan timur Alor, selatan Larantuka, dan utara Adonara.
Selain pemantauan terumbu karang, katanya, tim juga akan melakukan
pemantauan secara ekonomi dan sosial masyarakat pada September
mendatang.
Ia mengatakan perairan Flores Timur saat ini masih dalam pencadangan KKPD.
"Baseline yang dikumpulkan tim ini nantinya untuk tahap zonasi dan rencana pengelolaan," ujar Nara.
Dalam pemantauan, tim menemukan kondisi terumbu karang perairan
Flores Timur lebih buruk daripada Alor yang beberapa lokasinya sudah
masuk dalam KKPD.
Ia mengatakan dipilihnya perairan Alor dan Flores Timur karena
keanekaragaman hayati yang tinggi, kondisi alam yang bagus, dan bagian
dari coral triangle. Perairan tersebut juga sebagai jalur migrasi
dan tempat mencari makan manalia laut Samudera Pasifik Utara yang
menuju Samudera Hindia.
"Perairan Flores Timur dan Alor secara ekologis mendukung Laut
Banda, Laut Flores, Laut Sauh. Kalau terumbu karang di perairan tersebut
rusak, akan berpengaruh ke tiga laut tersebut baik segi perikanan dan
ekonomi," kata Nara. (WDY)
Ekspedisi Pemantauan Terumbu Karang Berakhir di FloresTimur
Rabu, 2 April 2014 9:00 WIB