Denpasar (Antara Bali) - Ratusan remaja di Bali membawa sepatu ukuran anak sekolah dasar (SD) sebagai tiket masuk untuk menonton konser musik serangkaian aksi sosial pengumpulan alas kaki.
"Saya senang bisa turut membantu saudara-saudara kita yang kesusahan memiliki sepatu, sekaligus saya mendapat hiburan," kata Putu Ananta, salah seorang penonton, di sekretariat Dapur Olah Kreative, di Warung Tresni, Denpasar, Rabu malam.
Konser musik dan penampilan teater ini digelar serangkaian kegiatan yang bertajuk "Satu Hari Tanpa Alas Kaki".
Kegiatan pengumpulan alas kaki, merupakan gagasan dari tiga komunitas sosial yakni Komunitas Anak Alam, Generasi Putih, dan Dapur Olah Kreative (DOK) sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak di daerah kaldera Gunung Batur yang masih banyak tak memiliki sepatu dan sandal.
Ketua Komunitas Anak Alam Pande Putu Setiawan menyampaikan bahwa siswa SD di beberapa desa di Kaldera Gunung Batur, Kabupaten Bangli, seperti di Trunyan, Songan, Belandingan, Alengkong, Kayu Selem, dan Madya kesulitan memiliki sepatu karena himpitan ekonomi.
Di daerah pelosok pegunungan, kata dia, anak-anak untuk menuju sekolah harus menempuh waktu satu jam. Biasanya saat berangkat mereka menggunakan sepatu, dan pulangnya terpaksa sepatu tidak digunakan supaya lebih awet.
Menurut Pande, alas kaki menjadi satu contoh fenomena buram pendidikan di Bali. Bagi yang tidak punya sepatu tidak sedikit yang putus sekolah karena tidak percaya diri.
"Mereka membutuhkan suport (dukungan), mereka membutuhkan semangat dan kepercayaan diri. Jadi setidaknya dengan ada yang memperhatikan seperti sepatunya harapan kepercayaan dirinya muncul dan nantinya bisa menjadi angkatan kerja yang produktif," ujarnya.
Ia menambahkan, sepatu yang terkumpul nantinya tidak hanya disumbangkan pada anak-anak di Batur, akan diberikan juga bagi siswa-siswi yang tinggal di pelosok Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
Dalam acara ini menampilkan pementasan musik dari Sanggar Seni Musikalisasi Tuna Netra Denpasar, Band Ray D Sky, dan Bans Nostress selama satu jam penuh. Dimeriahkan pula pertunjukan drama oleh Teater Kini Berseri yang membawakan lakon berjudul "Teater Sandal Jepit" dan pemutaran film dokumenter dari Komunitas Anak Alam.
Penonton selain menyumbangkan sepatu juga dibolehkan menyumbang sandal, peralatan tulis, dan uang seikhlasnya. Kesemuanya itu akan disalurkan ke anak-anak SD di Bali yang keadaannya masih memprihatinkan. (LHS)
Remaja Di Bali Nonton Konser Bertiket Sepatu
Rabu, 12 Desember 2012 20:23 WIB