Singaraja (Antara Bali) - Kawasan Kabupaten Buleleng, Bali, akan dilewati gelombang Tsunami yang diperkirakan setinggi sembilan meter akibat pergeseran patahan lempeng bumi di daerah Flores (Flores Thrust), Nusa Tenggara Timur.
Keterangan tersebut disampaikan Peneliti Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi) Prof Dr Hery Harjono, Senin, di sela-sela kegiatan simulasi yang berlangsung di Desa Pengastulan, Seririt, utara Pulau Dewata dalam rangka sosialisasi kesiagaan menghadapi bencana tersebut.
Menurutnya, gelombang Tsunami tersebut kini sudah bergerak dalam bentuk lengkungan sehingga hal itu berpotensi patahan menimbulkan goncangan besar.
Dikatakan, patahan Flores yang melintasi kawasan Bali Utara, sudah tiga kali terdeteksi menghasilkan gempa bumi besar di kawasan pesisir kabupaten yang sempat menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil ini.
"Pada tahun 1992, gempa bumi besar pernah terjadi di Maumere dan gempa itu menimbulkan gelombang laut seismik atau yang disebut Tsunami," kata Prof Hery.
Selain di kawasan Maumere, Gempa dengan kekuatan besar kembali mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 1979 yang juga menghasilkan gelombang Tsunami.
Juga tercatat, lanjutnya, gempa yang mengguncang Kabupaten Buleleng pada tanggal 14 Juli 1976 dan terjadi di Kecamatan Seririt yang banyak memakan korban baik nyawa maupun material.
Dikonfirmasi terkait peristiwa Gempa Seririt pada tahun 1976, ia mengatakan bahwa saat itu memang tidak terjadi gelombang pasang Tsunami karena pusat titik gempa sangat dekat dengan daratan.
Dari keterangan Prof Hery, hasil riset yang telah dilakukan menyebutkan bahwa patahan Flores yang sudah bergerak ke Pulau Jawa melintasi Bali Utara sudah dalam kondisi melengkung dan tinggal menunggu patah.
Ketua Badan Penganggulangan Bencana Daerah, Nyoman Astasemadi, mengatakan, simulasi tersebut merupakan kerja sama antara instansinya dengan LIPI untuk bersiap jika bencana tersebut datang sehingga warga tidak panik.(*)
Bali Utara Siaga Gempa Dan Tsunami
Senin, 11 Juli 2011 19:47 WIB