Jakarta (Antara Bali) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
berinisiatif meresmikan dibukanya "Marine Heritage Gallery" yang
menampilkan artifak dari sejumlah kawasan perairan Republik Indonesia
yang diambil dari benda muatan kapal tenggelam (BMKT).
"Meski museum ini masih kecil hanya satu lantai, saya harapkan suatu
saat nanti ada gedung khusus sepuluh lantai untuk museum artefak," kata
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat meresmikan "Marine
Heritage Gallery" di Gedung Mina Bahari (GMB) IV Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (13/3).
Menurut Susi, pendirian galeri yang menampilkan harta karun BMKT itu
adalah dalam rangka melestarikan kekayaan kelautan yang ada di kawasan
perairan Indonesia, sekaligus memberdayakan visi masa depan bangsa
sebagai poros maritim dunia.
Menteri Kelautan dan Perikanan memaparkan, pihaknya tidak hanya
bertujuan untuk menjaga tetapi juga mengelola secara berkelanjutan untuk
seluruh pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan.
"Indonesia adalah bagian dari konektivitas dunia sejak masa lalu dan kami ingin melestarikannya," kata Menteri Susi.
Diperkirakan terdapat ratusan kapal tenggelam yang tersebar di
sejumlah kawasan perairan seperti di Kepulauan Riau, Selat Karimata, dan
Laut Jawa.
Berbagai BMKT itu memiliki baik nilai ekonomi maupun nilai historis
atau kesejahteraan tinggi, sehingga pemerintah juga berkomitmen untuk
mengelolanya serta tidak menyerahkannya ke pihak lain.
"BMKT adalah identitas bangsa," katanya dan menambahkan bahwa
peresmian galeri tersebut juga sebagai respons terhadap beragam
aktivitas yang dilakukan terhadap BMKT.
Menteri Susi juga mengemukakan bahwa pengelolaan BMKT ke depannya
akan lebih maksimal dengan lebih terintegrasi sehingga bakal membuka
wawasan bahari dan menimbulkan semangat untuk Indonesia menuju poros
maritim dunia.
Dalam acara tersebut juga ditandatangani perjanjian kerja sama
antara Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP dengan Balitbang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perjanjian itu merupakan sinergi antara KKP dengan Kemendikbud
tentang riset, pengelolaan dan pemanfaatan BMKT dan sumber daya
arkeologi maritim.
Didominasi China
Sementara itu, arkeolog Pusat Riset Kelautan
Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Ira Dillenia
mengatakan, artefak BMKT kebanyakan berasal dari China.
"Koleksi yang paling terkenal pada koleksi di galeri BMKT KKP adalah
kargo dari China dari abad ke-6 dan 7 yang ditemukan di perairan Bangka
Belitung," kata Ira Dillenia.
Berdasarkan pantauan di galeri tersebut, memang banyak ditemukan
koleksi barang antik seperti artefak kaca, tembikar, tempayan, teko,
guci, cepuk, mangkuk, piring, dan juga vas.
Berbagai koleksi artefak itu diketahui berasal dari barang beragam
dinasti China seperti Dinasti Tang pada abad ke-9, Dinasti Song pada
abad ke-11 dan ke-12, Dinasti Yuan pada abad ke-13 dan ke-14, Dinasti
Ming pada abad ke-16, dan Dinasti Qing pada abad ke-17 dan 18.
Menurut Ira Dillenia, mengapa banyak ditemukan barang dari Dinasti
China antara lain karena kapal dari negara Oriental tersebut adalah yang
kerap membawa artefak keramik sebagai kargo yang diproduksi untuk
diperdagangkan dengan banyak bangsa.
Sementara pedagang dari negara-negara Barat, seperti Portugis,
Spanyol, dan Belanda, biasanya tidak membawa kargo keramik untuk
diperdagangkan, tetapi lebih banyak untuk keperluan mereka sehari-hari
seperti piring dan gelas untuk makan minum.
Kepala Badan Riset dan SDM KKP Zulficar Muchtar mengatakan, riset
arkeologi maritim yang dilakukan dalam lingkup pihaknya melibatkan
multidisiplin keilmuan yaitu geologi-geofisika, oseanografi, ekologi
laut, serta arkeologi maritim.
Aktivitas yang dilakukan melingkupi antara lain pengkajian awal,
survei dan eksplorasi, identifikasi dan penentuan lokasi, analisis data
dan nilai penting, serta pendokumentasian.
Susun kurikulum
Badan Riset dan SDM KKP juga akan menyusun
kurikulum, metodologi dan modul sebagai bahan untuk menggelar pendidikan
dan pelatihan, serta rekomendasi terkait BMKT.
"Terkait dengan bentuk rekomendasi nantinya dapat berupa rekomendasi
untuk pengelolaan dan pemanfaatan secara pelestarian insitu dengan
gagasan Taman Wisata Eko-Arkeologi Bawah Laut yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat pesisir di sekitarnya," katanya.
Selain itu, ujar dia, rekomendasi ke arah eskavasi atau pengangkatan
akan dilakukan apabila BMKT dan sumber daya arkeologi maritim
mendapatkan ancaman baik dari pihak kalangan manusia maupun dari faktor
alam.
Zulficar juga mengungkapkan, ke depan pihaknya juga akan meriset
tata ruang laut terkait sumber daya arkeologi maritim, riset pemanfaatan
BMKT untuk wisata bahari, dan ekskavasi di Pulau Laut Natuna serta
membangun museum maritim di Belitung Timur.
KKP juga dinilai perlu untuk mengembangkan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan fungsi galeri benda muatan kapal tenggelam (BMKT)
agar selaras dengan visi poros maritim dunia.
"Menarik untuk diapresiasi apabila galeri BMKT ditindaklanjuti
dengan penyiapan sarana infrastruktur pencerdasan bangsa," kata Direktur
Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim.
Menurut Abdul Halim, hal tersebut dapat dilakukan antara lain bisa
dimulai dengan pengkajian riset, publikasi, dan gerakan pembangunan
karakter sejak masa sekolah dasar.
Dengan melakukan kajian yang mendalam dinilai juga akan memperkaya
budaya bangsa Nusantara yang selama berabad-abad dikenal sebagai pelaut
yang tangguh. (WDY)
Marine Heritage Gallery; Ruang Pamer Harta Karun Bawah Laut
Kamis, 30 Maret 2017 11:21 WIB