New York (Antara Bali) - Kurs dolar AS jatuh terhadap mata uang utama
lainnya pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena para investor
mempertimbangkan pernyataan-pernyataan dari Perdana Menteri Inggris
Theresa May tentang "Brexit".
Inggris akan meninggalkan pasar tunggal Eropa, membatasi akses ke
negara dengan warga negara Uni Eropa dan mengakhiri yurisdiksi Inggris
dari Pengadilan Eropa (ECJ), May mengatakan Selasa dalam sambutan
tersulitnya selama ini.
May mengatakan dia ingin Inggris tetap sebagai "sahabat dan
tetangga" bagi Eropa, tetapi juga menjangkau ke seluruh dunia sebagai
negara perdagangan global, hingga ke negara-negara seperti Tiongkok,
Brazil dan negara-negara Teluk.
Namun demikian, dia menambahkan pemerintah Inggris Raya akan membawa
kesepakatan Brexit yang disetujui bersama Uni Eropa ke pemungutan suara
di parlemen.
Para analis mengatakan bahwa pidato May diperkirakan menjadi
bencana, tapi ia telah berhasil mengelola harapan dan menyampaikan
pidatonya dengan sangat baik.
Pound Inggris naik lebih dari dua persen setelah pidato May karena agak menenangkan kecemasan para investor.
Sementara itu, dolar AS juga di bawah tekanan dari komentar Donald
Trump, yang mengatakan dalam sebuah wawancara pada Jumat (13/1) dengan
The Wall Street Journal bahwa mata uang AS telah "terlalu kuat."
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama,
turun 0,83 persen menjadi 100,34 pada akhir perdagangan Selasa.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0707 dolar dari
1,0640 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2395
dolar dari 1,2189 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia menguat
ke 0,7562 dolar dari 0,7496 dolar.
Dolar AS dibeli 112,66 yen Jepang, lebih rendah dari 114,46 yen pada
sesi sebelumnya. Dolar AS jatuh ke 1,0025 franc Swiss dari 1,0088 franc
Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,3053 dolar Kanada dari 1,3131 dolar
Kanada, sebut Xinhua. (WDY)
Kurs Dolar AS Jatuh Setelah Pidato "Brexit"
Rabu, 18 Januari 2017 7:56 WIB